APAPUN YANG TERJADI, PERSEMBAHKAN YANG TERBAIK

Kata sebagian ulama, hidup di dunia ini sangat mirip dengan tidur. Dalam tidur, kita bisa bermimpi apa yang kita senangi dan bisa juga bermimpi sesuatu yang kita benci. Dalam mimpi yang menyenangkan kita merasa bahagia, dalam mimpi yang tak menyenangkan kita merasa sedih. Saat bangun, baru kita sadar bahwa itu semua cuma mimpi saja, bukan kenyataan. Lalu, hidup menjadi biasa-biasa saja.

Kalau begitu, hadapilah hidup ini dengan biasa-biasa. Jangan terlalu bahagia sampai melampaui batas saat mendapatkn apa yang disuka, pun jangan terlalu bersedih melampaui batas saat mengalami hal yang tak disuka. Bisa jadi itu cuma "mimpi" yang sementara saja. Hakikatnya semua adalah pelajaran dan ujian untuk menentukan terbuka apa tertutupkah mata batin kita.

Yang terpenting untuk dijadikan prinsip dalam hidup ini adalah tetap mempersembahkan yang terbaik dalam menghadapi apapun dan siapapun, kapanpun dan di manapun. Untuk menjadi baik dan mempersembahkan yang terbaik, kita perlu belajar kebaikan dari para guru kebaikan, guru yang mengantarkan kita kepada keyakinan atau tauhid hingga kita paham hakikat hidup.

Ada satu jenis guru yang sering kita tidak sadari sebagai pengantar pada tauhid dan kebaikan hidup, yakni musibah besar yang menimpa kita. Ada banyak orang yang arogan dan sombong menolak diajari kebaikan oleh orang lain. Lalu Allah "mengajarinya" hingga sadar dengan menimpakan musibah besar kepadanya. Kita mau milih guru yang manusia baik apa yang musibah besar? Salam, AIM