Pencerah Hati

BAGAIMANA PERASAAN KITA SAAT LAMA TAK IKUTI PENGAJIAN? - 04 Juni 2020 15:32

  • Kamis, 04 Juni 2020 15:32:47
  • Ahmad Imam Mawardi

BAGAIMANA PERASAAN KITA SAAT LAMA TAK IKUTI PENGAJIAN?

Ada banyak orang yang mengisi hari-harinya saat musim wabah ini dengan tinggal di rumah. Cobalah adakan riset kecil-kecilan tentang kegiatan mereka selama di rumah. Apa sajakah yang dilakukannya selain makan, minum dan tidur? Jawabannya mungkin beragam mulai berkebun di sekitar rumah, jual beli online, dan kegiatan lainnya. Coba kita renungkan dan perhatikan kegiatan diri kita sendiri saja sebagai sampel.

Akses kita ke masjid untuk shalat jamaah bersama dan ikut kajian masih tertutup. Kita mungkin saja kemudian menggantinya dengan shalat jamaah di rumah dengan keluarga kita. Lalu bagaimana dengan pengajian? Bisakah digantikan dengan pengajian bersama di rumah? Sepertinya sangat jarang bisa menjawab "iya." Mungkin ada yang menyatakan bahwa bisa mengaji lewat medsos. Bagi yang kuota net nya selalu ada mungkin "iya," tapi bagaimana dengan yang tidak punya cukup kuota atau perangkat medsos?

Paparan dan pertanyaan di atas berangkat dari perenungan saya akan pandangan para ulama yang diabafikan oleh Imam Ibnu Abdil Barr dalam kitab "Nuzhat al-Majalis":

القلوب تحتاج إلى قوتها من الحكمة كما تحتاج الأبدان إلى قوتها من الغذاء .

"Hati membutuhkan makanan pokoknya yang berupa hikmah sebagaimana badan membutuhkan makanan pokoknya yang berupa nutrisi makanan."

Badan akan sehat dan kuat jika nutrisi makanannya terpenuhi, vitaminnya lengkap dan jumlahnya cukup. Hati kita juga demikian, hati kita butuh makanan berupa ibadah, membaca al-Qur'an dan menghadiri majelis ilmu yang penuh dengan siraman hikmah. Pertanyaannya kemudian adalah sudah tercukupikah makanan hati kita selama ini? Bagaimanakah kegiatan pengajian hati kita saat ini dibandingkan dengan masa sebelum wabah covid tiba? Lebih bahagia mana hati kita antara kini dan dulu? Atau, sama sajakah?

Kalau kita setuju bahwa majelis ilmu dan kajian hikmah ini terus dibutuhkan oleh hati kita maka apa kira-kira yang perlu dan bisa kita lakukan? Menurut saya, kita tak boleh membiarkan hati kita kekurangan gizi karena bahagianya hidup amatlah ditentukan oleh bahagianya hati. Setuju? Salam, AIM