BAHAGIA
Seorang penggarap sawah yang tinggal di sudut kampung itu malam-malam membangunkan istrinya yang sedang lelap di atas tikar lapuk sisa "zaman penjajahan Jepang." Dia berbisik sambil tersenyum gembira: "Isteriku, ayam kita sudah mulai bertelur."
Isterinya bangun, kaget dan bahagia. Dia menjawab: "Iya kah? Alhamdulillaah." Merekapun berpelukan dan tertidur bersama berselimutkan sarung yang tak bisa dibilang bagus. Namun wajah mereka tampak bahagia. Mereka tidur saling berhadapan. Bunyi dengkur dan nafasnya seakan saling sahut bak orang lagi saling berbincang.
Bahagia ternyata tak butuh mahal. Ia butuh syukur. Bersyukurlah, maka kita akan bahagia. Salam, AIM@Bandara_menunggu pesawat