BEDA TIPIS MENGAMBIL MANFAAT DAN MEMANFAATKAN
"Bapak hanya dimanfaatkan saja oleh dia. Coba lihat nanti, Bapak akan ditinggalkannya setelah keinginannya tercapai." Kalimat semacam ini seringkali kita dengar. Faktanya, memang ada orang berbuat baik karena ada maunya. Saat maunya sudah tercapai biasanya lalu pergi. Atau, saat kemauannya tak tercapai lalu menjauhi bahkan memusuhi.
Orang yang dimanfaatkan juga beragam responnya. Ada yang dengan santai menjawab: "Ya tidak apa-apa. Yang penting adanya saya tidak merugikan siapapun." Ada juga yang merespon: "Enak saja dia, saya tak terima. Saya akan tutup pintu untuknya. Kalaulah kita yang ada di posisi ini, kira-kira bagaimana respon kita.
Saya pernah bertemu dengan orang yang tertuduh senang memanfaatkan orang lain. Dia berkata: "Orang cerdas adalah orang yang mampu memanfaatkan peluang, memanfaatkan keadaan dan orang yang ada di sekililingnya." Nah, sepertinya tidak ada yang salah dengan kalimat itu, bukan? Lalu dia berbisik kepada saya: "Mumpung Bapak sedang akrab dengan Fulan, mengapa tidak mencoba begini dan begitu agar bisa begini?" Saya mulai tersenyum paham.
Mengambil manfaat itu bagus jika didasarkan niat yang tulus untuk kemaslahatan umum, kebaikan di dunia dan di akhirat kelak, bukan untuk kepentingan pribadi yang bersifat sesaat atau temporer. Manfaatkan kedekatan kita denga orang lain untuk belajar dan berusaha untuk sukses bahagia. Ini akan sangat berbeda dengan orang yang mendekat demi orang lain berkorban untuk kepentingan dirinya sendiri. Inilah yang disebut memanfaatkan dalam konotasinya yang negatif.
Salah seorang sahabat saya turun pangkat gara-gara kebaikan dan keluguannya dimanfaatkan oleh orang yang baru saja dikenalnya. Salah seorang sahabat saya kehilangan banyak harta atau asset gara-gara dimanfaatkan saudaranya yang rajin "investasi bodong." Ada pula orang yang sangat baik dan tulus dalam perjuangan agama yang dimanfaatkan oleh "orang cerdas" yang senang menipu. Nah, ini dalah sebagian contoh memanfaatkan orang lain dalam konotasi negatif.
Ambillah manfaat dari kedekatan kita dengan orang lain, manfaat untuk kemaslahatan yang sesungguhnya. Berhentilah memanfaatkan orang lain dalam makna yang tak baik tadi. Rahasia beda mengambil manfaatdan memanfaatkan itu ada pada hati kita masing-masing. Hati kita tak pernah bohong.
Sebagai renungan, saya kutipkan kalimat bijak Imam al-Ghazali dalam kitab kecilnya yang pernah kita kaji di pondok kita, "Risalah Ya Ayyuhal Walad," yang sungguh tajam menyatakan ketakbaikan memanfaatkan orang lain untuk diri kita sendiri. Beliau berkata: " Akhlak baik kepada orang lain itu adalah tidak memanfaatkan mereka untuk kepentinganmu, namun manfaatkanlah dirimu untuk kepentingan mereka, selagi tidak melanggar ajaran agama." Salam, AIM