Pencerah Hati

BELAJAR TULUS IKHLAS KEPADA SYEKH RABI' BIN KHUTSAYM - 17 Juni 2019 22:36

  • Senin, 17 Juni 2019 22:36:55
  • Ahmad Imam Mawardi

BELAJAR TULUS IKHLAS KEPADA SYEKH RABI' BIN KHUTSAYM

Sambil menunggu jadwal saya naik panggung, ijinkan saya berbagi kisah inspiratif dari manusia hebat, seorang tabi'in yang bernama Rabi' bin Khutsaym. Ada banyak pelajaran yang bisa kita petik dari pelajaran hidupnya, mulai kesungguhannya dalam beribadah sampai pada ketulusannya dalam bersahabat dan berderma bagi orang lain. Pujian Allah adalah yang diharap, bukan pujian manusia. Pantang baginya menyakiti siapapun, wajib baginya mempersembahkan yang terbaik.

Suatu saat, beliau jatuh sakit begitu lama. Meski demikian, beliau tetap terima tamu dan mempersembahkan yang terbaik bagi tamu-tamunya. Saat beliau sedang menerima banyak tamu, anaknya hadir menemui beliau setelah mengucapkan salam. Salah seorang tamu, Hilal, bercerita kisah ini secara lengkap.

Putera beliau berkata: “Wahai ayah, ibu membuatkan roti yang manis dan lezat agar ayah mau memakannya, berkenankah ayah jika aku bawakan kemari?” Beliau berkata, “Bawalah kemari.” Pada saat putranya keluar, terdengar orang meminta-minta mengetuk pintu. Syaikh itu berkata, “Suruhlah dia masuk.”

Ternyata dia adalah seorang tua yang berpakaian compang-camping. Air liurnya belepotan kesana kemari, terlihat dari wajahnya bahwa dia tidak begitu waras. Saya terus memperhatikan hingga kemudian masuklah putra Syaikh Rabi membawa roti di tangannya. Ayahnya langsung mengisyaratkan agar roti tersebut diberikan kepada orang yang meminta-minta tersebut.

Roti itu diletakkan di tangan pengemis tersebut. Sesegera mungkin orang itu memakannya dengan lahap. Air liurnya mengalir di sela-sela roti yang dimakannya. Dia melahapnya hingga habis tanpa sisa.

Putra Syaikh yang membawakan roti tersebut berkata, “Semoga Allah merahmati Ayah, ibu telah bersusah payah untuk membuat roti itu untuk Ayah, kami sangat berharap agar Ayah sudi menyantapnya, namun tiba-tiba Ayah berikan roti itu kepada orang linglung yang tidak tahu apa yang sedang dimakannya.” Syaikh menjawab, “Wahai putraku, jika dia tahu, maka sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala Maha Tahu.” Kemudian beliau membaca firman Allah:

“Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebaktian [yang sempurna], sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai.” (QS. Ali Imran ayat 92).

Ada yang bisa meneladani niat tulus kedermawanan beliau? Saya cuma tanya saja. Semoga kita bisa ya. Salam, AIM