BERBURU HIKMAH SHILATURRAHIM
Semenjak pagi tadi kami keliling menuju Probolinggo untuk sowan pada beberapa kiai dan keluarga. Perjalanan yang baik adalah perjalanan yang memberikan ketenangan, kedamaian dan keberkahan. Perjalanan semacam ini ada pada perjalanan dengan niat tulus menyambung tali persaudaraan dan kasih sayang.
Di tempat pertama saya bertemu dengan para kiai dan ustadz yang memiliki semangat pendidikan luar biasa, berani berkorban demi masa depan pendidikan Islam. Jelas ini adalah bagian jihad penting yang tak boleh ditinggalkan. Jihad bidang lainnya adalah buah dari pendidikan agama yang baik.
Shilaturrahim kedua adalah ke pondok pesantren tertua di Probolinggo. Kami bertemu dengan pengasuh dan berbincang serius tentang bagaimana membangun masyarakat yang paham serta menguasai urusan dunia dan urusan akhirat. Bagaimana cara mendidik santri yang cendekiawan, cendekiawan yang santri, santri yang dokter dan dokter yang santri. Kami pun berbincang tentang tahapan-tahapan menuju cita. Bersyukur sekali karena ikut mendampingi kami adalah para pakar di bidang pendidikan. Nyambung.
Di tempat ketiga kami bertemu dengan kiai dan para ustadz muda yang ingin sekali mendapatkan pencerahan tentang bagaimana menata masa depan pondok agar selalu mampu berdialog dengan zaman. Penampilan mereka sederhana sekali, namun cita-citanya mewah sekali. Sekali lagi, kami panjang lebar berbicara tentang pendidikan, mulai dari psikologi sampai pada manajemen pendidikan. Sungguh sebuah pertemuan penuh guna.
Di tempat terakhir saya mengunjungi rumah ananda Dr. Taufiq di lereng sebuah gunung. Dr. Taufiq adalah potret orang desa yang sukses besar di kota. Tulisannya di jurnal internasional begitu banyak, penelitiannya di berbagai negara juga begitu banyak. Prestasinya yang luar biasa tak menghilangkan karakter santri desa yang lugu dan apa adanya. Istrinya, orang tuanya dan mertuanya juga potret santri desa yang sukses bersahaja. Saya senang berlama-lama di rumah beliau. Perbincangan tentang kehidupan yang baik menurut Islam mengalir yanpa henti. Potret keluarga bahagia. Mari kita biasakan di keluarga kita berbincang tentang keindahan agama.
Saya dan istri beserta rombongan bahagia sekali dengan shilaturrahim ini. Sayang, anak angkat satunya, Dr. Hendra Susanto belum bisa bergabung. Ada yang mau bergabung jalan-jalan bersama kami di waktu yang lain? Salam, AIM