BERGURU HIDUP PADA SANG PENJUAL JAMU (1)
Sejak usia 16 tahun, RBS mulai menggendong jamu,berkeliling menjajakannya membantu sang ibu yang memang berprofesi pembuat jamu. Sang ibu meyakinkannya bahwa membuat dan menjajakan jamu adalah profesi mulia, menyehatkan diri dan orang lain. Namun sedari awal sang ibu memberi tahunya bahwa dalam menjajakan jamu itu janganlah kaget jika banyak yang tidak membayar. Teruslah menjajakan jamu, teruslah berbuat untuk kemanusiaan. Sungguh ini merupakan nasehat orang tua bijak akan anaknya tentang hakikat jalan hidup.
Dalam usia 21 tahun RBS tetap menjalankan profesi ini. Tak lagi menggendong jamu, melainkan memikulnya. Siang malam terus berkeliling membawa pesan sang ibu untuk menjajakan jamu dari kampung ke kampung. Banyak yang merasa cocok dan sembuh, namun ada banyak juga yang membayar dengan "terima kasih" dan "maaf belum bisa membayar." RBS yang hanya menempuh pendidikan sekolah S5 ini, SD sampai kelas 5 maksud saya, tak putus asa dan semakin yakin akan pesan ibundanya.
Beginilah hidup mengajari RBS sedari kecil. Tinggal di gubuk yang tak begitu layak dihuni tak pernah menghapuskan senyum di bibirnya. Keliling terus siang dan malam dengan penuh semangat dan senyum. Di suatu malam, hujan tutun begitu deras. RBS mencari tepat berteduh, yang ada hanya kandang kambing milik masyarakat. Di sanalah RBS berteduh. Malang tak dapat ditolak, kambing dalam kandang itu berteriak-teriak, masyarakat datang ke kandang itu menduga ada maling dan menyangka RBS ini sebagai maling. RBS digebuk dan sampai kini masih ada bekas gebukan di dahinya. Dibuka paksalah kardus jamu yang dibawanya, diduga sebagai hasil pencurian, begitu kaget masyarakat yang menggebuknya setelah tahu RBS "hanya" penjual jamu.
Kapokkah RBS menjual jamu? Tidak. Amanah sang ibu terus dijalani. RBS semakin yakin bahwa hidup di dunia ini memang penuh ujian. Derita hidup menjadi sahabat dan pakaian hidupnya. RBS dengan mata berkaca-kaca berkata: "Masa lalu saya seperti inilah yang mendidik saya untuk seperti saat ini ini. Yang tak pernah saya lupakan adalah menjaga ikatan hati dengan Allah, Rasulullah dan orang-orang alim." Subhanallah, luar biasa.
Semalam saya belajar banyak dari RBS. Ada banyak yang hal tak terduga yang menarik untuk diteladani. Yang terpenting adalah untuk selalu bersemangat menyehatkan anak bangsa, sehat lahir dan sehat batin. (Bersambung). Salam, AIM