BERJALANLAH DI ATAS BUMI,
JANGAN LUPA MEMANDANG LANGIT
Hari senin sering disebut sebagai hari membosankan, hari menjengkelkan dan hari menjemukan. Rupanya banyak sekali yang terlena dengan kebiasaan akhir pekan yang sering disemati pujian sebagai weekend indah, liburannya jiwa dan hari-hari releks. Banyak yang mengimpikan semua hari bagai weekend saja, tak sibuk kerja dan full istirahat saja. Kalau memang begitu, lalu mengapa mereka berlomba mencari kerja ya? Paradoks.
Tak dinafikan sebagai fakta, bahwa ada yang mengambil posisi oposisi akan kebiasaan banyak orang di atas, yakni orang-orang yang terus bekerja tak kenal weekend dan tak tahu jam istirahat. Tak ada waktu untuk duduk bersama keluarga, tak ada kesempatan untuk sekedar ngopi bareng dan rujakan bersama. Bahkan, begitu sibuknya, tak punya waktu tersenyum.
Bagaimanakah Islam mengajarkan? Kewajaran, kepantasan dan sikap moderat adalah yang terbaik. Berjalanlah di muka bumi untuk mencari rizki dengan santun dan sederhana. Jangan lupa menatap langit untuk kita sadar bahwa hakikat rizki kita ada di langit. Jangan lupakan Allah, jangan lupakan agama.
Lalu ada yang bertanya tentang musibah dan ujian yang terus datang mendera, padahal kita sudah menyeimbangkan bumi dan langit. Apa yang harus dilakukan? Kepada penanya saya tuliakan status berikut: "Tak mungkin kita temukan bahagia jika yang diperbincangkan setiap saat adalah derita. Optimis saja. Sedikit optimis saja sangat mungkin membuka seribu satu jalan menuju bahagia."
Tak usah mengeluh. Semakin mengeluh, musibah itu semakin tampak membesar. Salam, AIM