Pencerah Hati

BERSIKAP BIJAK, MENGACA DIRI DAN MENJAGA HARGA DIRI - 24 September 2017 14:34

  • Minggu, 24 September 2017 14:34:11
  • Ahmad Imam Mawardi

BERSIKAP BIJAK, MENGACA DIRI DAN MENJAGA HARGA DIRI

Berikut ini adalah status saya tepat 2 tahun yang lalu, 24 September 2015. Semoga bermanfaat, saya share ulang sebagai renungan bersama.

Melemparkan tuduhan yang merusak harga diri seseorang adalah termasuk kejahatan besar, dosa besar dan pelanggaran kemanusiaan terbesar. Setiap manusia dilahirkan dari cinta, membawa kehormatan dan kemuliaan yang disematkan Allah kepadanya. Yang merusakkan kehormatan dan kemuliaan itu bermakna merusak apa yang Allah tentukan.

Melemparkan tuduhan tak baik itu lahir karena beberapa sebab: memprovokasi alias mengompori, menutupi kesalahan diri, berkehendak menjatuhkan martabat kemanusiaan seseorang. Tiga-tiganya akan terang benderang pada waktunya dan akan menyerang balik sang penuduh pada suatu saat nanti.

Melemparkan tuduhan bisa jadi akan merusak nama baik sang tertuduh dalam rentang waktu tertentu, namun yakinlah bahwa kesabaran menjalaninya akan menjadi kata kunci yang akan membalikkan status dan keadaan. Lihatlah bagaimana nasib nabi Yusuf yang sabar dipenjara karena tuduhan palsu, tak menderita walau dipenjara dan bahkan penjara menjadi pintu masuk turunnya kebahagiaan dan kekuasaan untuknya.

Melemparkan tuduhan bisa jadi akan mengangkat nama sang penuduh sebagai pahlawan pembongkar aib, namun yakinlah bahwa ketika tuduhan itu tak terbukti maka aib itu akan ditamparkan ke mukanya, dipikulkan di punggungnya dan disesakkan ke dalam hatinya. Waktu akan berbicara.

Walhasil, melemparkan tuduhan adalah penyakit sosial yang sangat berbahaya. Ia tidak hanya merobek-robek jejaring sosial yang telah rapi terbentuk, melainkan pula menghancurkan kedamaian hati yang telah terbina lama. Bacalah QS Al-Ahzab 58:

"Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan, tanpa ada kesalahan yang mereka perbuat, maka sungguh, mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata." Salam, AIM, Pengasuh Pondok Pesantren Kota Alif Laam Miim Surabaya