HATIKU, HATIKU DAN HATI KITA: BAGAIMANA MEMBENINGKANNYA?
Terimakasih telah setia menunggu dengan sabar penjelasan tentang cara membersihkan cermin hati kita agar bahagia dan bercahaya. Kesabaran adalah salah satu tanda bahwa kita memiliki kehendak kuat untuk senantiasa menjaga kondisi hati kita. Bagaimanakah cara membeningkan hati? Ini pertanyaannya.
Syekh Ibnu Atha'illah melanjutkan kajiannya tentang hati ini dengan memberikan empat tips untuk menjadikan hati kembali bening dan memancarkan cahaya. Yang pertama adalah dengan memperbanyak dzikir kepada Allah, dzikir yang berangkat dari kesadaran hati akan makna dzikir itu, dzikir yang hidup karena ruh kesadaran penghambaan diri kepada Allah, dzikir yang tak hanya dilantunkan oleh lisan melainkan yang dituntun oleh hati dan diwujudkan dalam keindahan perilaku.
Cepat atau lambat, hati akan terbasuh selalu untuk menjadi bersih dan benang dengan dzikir. Dzikir terbaik adalah kalimat tawhid "Laa ilaaha illaLlaah." Tanamkan makna tiada tuhan selain Allah dalam hati kita, lalu jadikan hanya Dia yang kita cari dan kita sembah, maka Dia menjamin hati kita untuk senantiasa bahagia. Siapakah yang mampu menghalangi apa yang Dia kehendaki? Berdzikirlah. Ada banyak hikmah dan rahasia di balik dzikir. Sungguh.
Yang kedua adalah dengan selalu diam, tidak banyak berbicara kecuali yang haq (benar) sebagai pelaksanaan perintah agama. Terlalu banyak berbicara dengan makhluk tentang dunia hanya akan menyita banyak waktu untuk hal yang menghilangkan kesadaran akan keadaan Allah dan ketergantungan kita kepada Allah.
Ketika ketergantungan hati kepada Allah telah melemah maka melemah pulalah keterhubungan hati denganNya. Ketika keterhubungan kita melemah dan kemudian terputus denganNya, lalu kemana lagi kita akan meminta dan kembali? Kata para bijak: "Jangan engkau gantungkan dirimu kepada selain Allah, termasuk pada kemampuan dirimu sendiri, karena bayangan dirimu saja menghilang darimu di saat kegelapan datang." Renungkanlah.
Kita saat ini digoda selalu untuk ikut bicara karena bahan untuk bicara begitu membanjiri mata dan telinga kita dari berbagai media massa dan media sosial. Semua merasa sebagai orang yang paling tahu dan karena merasa sebagai orang yang paling berhak bicara. Apakah akibatnya? Pertengkaran, perseteruan dan kegalauan hati.
Apakah tips ketiga dan keempat? Ini membutuhkan waktu yang agak panjang mengulasnya, sementara jari saya berkeinginan untuk istirahat sejenak. Bagaimanapun, salam dan doa dari saya untuk semua pembaca dan komentator, semoga berhati bening bahagia. Salam, AIM@New Roe Villa