Pencerah Hati

HIKMAH PERJALANAN: MENCARI BAHAGIA - 29 Desember 2017 13:20

  • Jumat, 29 Desember 2017 13:20:06
  • Ahmad Imam Mawardi

HIKMAH PERJALANAN: MENCARI BAHAGIA

Tak terasa sudah hampir 11 jam kami berada di dalam pesawat Turkish Airlines ini. Tak lama lagi kami akan mendarat di Istanbul. Saat terjaga, tak berhenti pikiran ini merenungkan alam luas ciptaan Allah ini. Sebesar-besarnya rumah yang kita miliki ternyata hanyalah sebutir debu dari alamnya Allah. Sesering-seringnya kita melancong ternyata hanya sangat jarang dan sebentar dibandingkan dengan perputaran masa. Adakah yang bisa kita sombongkan?

Sebagaimana biasa, renungan saya selalu saja berputar pada masalah hakikat kebahagiaan. Siapakah di dunia ini yang layak dinobatkan sebagai orang paling bahagia? Penobatan kebahagiaan memang belum pernah dilakukan. Mungkin karena sulit cara mengukurnya. Mungkin pula karena kebanyakan manusia lebih tertarik pada masalah penampilan lahir ketimbang nuansa hati atau batin.

Kalaulah orang yang paling berbahagia adalah mereka yang sering travelling dengan setumpuk cerita obyek wisata dunia, niscaya para pilot dan pemandu wisata dunia adalah yang paling bahagia. Nyatanya, banyak di antara mereka sedih menderita dan mencari bahagia lewat narkoba.

Kalaulah orang yang paling bahagia adalah orang yang paling banyak memiliki harta kekayaan, niscaya semua orang kaya itu tersenyum bahagia dan matipun bahagia. Nyatanya, banyak di antara mereka yang mengeluhkan hidup dan bahkan menikmati akhir hayatnya di dalam penjara.

Kalaulah orang yang paling bahagia adalah mereka yang memiliki banyak bidang usaha, niscaya semua orang yang sibuk kerja itu adalah orang yang paling bahagia. Faktanya, banyak di antara mereka yang mengeluh dikejar waktu dan mengeluh tak punya kesempatan sedikitpun untuk berbagi senyuman. Matinyapun mati-mati ngenes di tempat kerja.

Lalu, siapakah manusia yang paling bahagia? Allah dan Rasulullah menjawab bahwa yang paling bahagia adalah mereka yang beriman kepada Allah dan mensyukuri setiap jalan hidup yang menjadi takdirnya. Duduk-duduk di bangku kecil (dingklik) dengan orang tercinta, di depan pintu dapur, sambil melihat anak-anak ceria bermain gobak sodor sambil menunggu saat buka puasa, adalah kebahagiaan. Bahagia tak harus mahal, bukan? Semoga kita semua bahagia. Salam, AIM@Turkish Airlines