Pencerah Hati

INGIN MERASA TINGGAL DI SURGA SELAMA HIDUP DI DUNIA? - 11 Maret 2021 05:49

  • Kamis, 11 Maret 2021 05:49:24
  • Ahmad Imam Mawardi

INGIN MERASA TINGGAL DI SURGA SELAMA HIDUP DI DUNIA?

Bahwa dunia adalah tempat ujian adalah sesuatu yang semua sepakat. Bahwa senyuman dan wajah berseri itu banyak terlihat di beberapa wajah yang bertemu kita adalah juga sebuah fakta. Tangis dan senyuman adalah sepasang tampilan yang pasti pernah dilakukan semua manusia, sedih bahagia adalah dua kondisi jiwa yang pasti pernah hinggap di hati semua orang. Masalahnya adalah bagaimana caranya agar senyuman yang mendominasi, bahagia yang selalu berposisi di hati.

Mereka yang selalu berhati bahagia dan berwajah berhiaskan senyuman sungguh bagai hidup di surga. Bahagianya hati dan tersenyumnya wajah sungguh berkaitan dengan nuansa hati yang selalu ridla, selalu bersikap positif, akan apapun yang terjadi sebagai ketentuan takdir. Bagaimanakah cara kita memiliki hati yang ridla? Di manakah "ridla" diajarkan, disampaikan atau "dijual?"

Ibnu Qayyim al-Jawziyah menulis seperti ini dalam kitabnya:

‏"من شاء أن يسكن رياض الجنّة في الدنيا فليستوطن مجالس الذِكر ، فإنَّها رياض الجنّة".

"Barangsiapa yang ingin tinggal di kebun-kebun surga selama hidup di dunia, maka selalulah menempatkan dirinya di majelis-majelis dzikir, karena majelis-majelis dzikir itu adalah kebun-krbun surga."

Apa yang dinyatakan oleh Ibnu Qayyim itu sesungguhnya berangkat dari hadits Nabi yang dengan tegas menyuruh sahabatnya unyuk berhenyi duduk bersama jika bertemu dengan majelis dzikur karena itu adalah kebun surga. Kebun surga bermakna kebun kebahagiaan, zona kedamaian, wilayah ketenteraman. Majelis dzikir yang di maksud adalah majelis yang di tempat itu diaebut, diingat dan diagungkan Allah, Rasulullah, agama Allah. Majelis ta'lim, forum pengajian atau lembaga kajian yang mengantarkan kita untuk lebih dekat kepada Allah dan lebih lembut memperlakukan hamba-hamba Allah adalah masuk dalam katagori kebun surga.

Karena itu, jangan berhenti mengaji, bagaimanapun caranya. Meski dalam keadaan pandemi, teruslah mengaji. Jika tidak, jangan salah siapapun jika semakin lama hati kita semakin penuh dengan kesedihan dan derita. Tulisan-tulisan saya ini selalu saya niatkan sebagai kajian untuk saya sendiri dan untuk mereka yang berkenan. Semoga bahagia. Salam, AIM