JANGAN PERNAH ENGGAN MENERIMA NASEHAT
Nasehat itu sangat kita butuhkan agar kia senantiasa berada dalam kondisi sehat dalam maknanya yang hakiki. Allah memerintahkan kita untu saling menasehati dalam hal kebenaran (al-haq), kesabaran (al-shabr) dan kasih sayang (al-marhamah). Nasehat itu bagai alarm pengingat agar kita selalu dijalan yang benar, atau bagai lampu lalu lintas yang mengatur jalan agar tak terjadi musibah besar.
Kalau kita enggan dinasehati atau bahkan marah kepada orang yang menasehati kita, cobalah cek hati kita, jangan-jangan ada kesombongan yang kelak akan menghalangi kita jntuk masuk ke dalam surganya Allah. Harusnya kita berterimakasih kepafa setiap orang yang menasehati kita. Orang yang menasehati kita telah perhatian kepada kita dan bahkan meluangkan waktu untuk memikirkan kita.
Marilah kita bercermin kepada Sayyidina Umar bin Khattab, khalifah Rasulullah yang kedua yang gagah berani itu. Beliau selalu saja mencurigai dirinya takut termasuk kelompok orang munafik. Sementara kebanyakan kita mencurigai bahkan menuduh orang lain sebagai orang munafik dan lain sebagainya. Orang hebat adalah orang yang senantiasa berupaya menjaga dirinya agar tak terjerumus ke dalam zona kebatilan.
Suatu hari sang khalifah mendatangi sahabat Khudzaifah bin al-Yaman. Beliau berkata: "Wahai Hudzaifah, apakah engkau melihat dalam diriku tanda-tanda kemunafikan? Karena engkau di zaman Rasulullah tahu betul tentang orang-orang munafik." Khudzaifah menangis dan menjawab: "Tak sedikitpun ada tanda-tanda kemunafikan dalam dirimu." Sang khalifah berkata lagi: "Coba lihat dan perhatikan lagi, berilah nasehat kepada saya."
Sungguh luar biasa orang besar dan pemimpin seperti ini, tak anti nasehat, tak anti kritik, justru mencarinya demi kebaikan dan perbaikan dirinya. Lalu, bagaimana dengan kita? Sungguh kisah di atas menjadi teladan indah bagi kita semua. Mari kita tata hati kita untuk senang pada nasehat dan senang, tidak memusuhi pemberi nasehat. Lalu bagaimana jika sang pemberi nasehat itu sendiri adalah orang yang tak benar? Tetap hargai dia karena mungkin saja dia memberikan nasehat kepada kita agar kita tetap menjadi orang benar dan baik tidak seperti dirinya. Pandanglah segala sesuatu secara positif.
Kembali lagi pada kisah Sayyidina Umar bin Khattab. Suatu hari beliau menguji sahabat-sahabatnya dengan berkata: "Apa yang akan kalian lakukan kepadaku jika aku keluar dari jalan keistiqamahan?" Mereka menjawab: "Kami akan menasehatimu. Jika engkau tidak menerima nasehat kami, maka kami akan pukul kepalamu dengan pedang." Bagaimanakah respon sang khalifah, sang pemimpin, sang orang besar ini? Beliau bahagia sekali dengan jawaban tegas para sahabatnya itu sambil berkata: "Kalian memang harus seperti itu."
Begitulah sikap Sayyidina Umar yang hebat dan gagah serta dijamin masuk surga itu. Lalau bagaimana dengan kita yang masih tidak jelas surga nerakanya ini? Masihkan enggan untuk menerima nasehat dan segera mendelete nasehat itu dari kehidupan kita? Salam Jum'at barakah dibabak akhir bulan Ramadlan tahun ini. Salam, AIM, Pengasuh Pondok Pesantren Kota Alif Laam Miim Surabaya