Pencerah Hati

KEMULIAAN SALAH SATUNYA DITENTUKAN OLEH DENGAN SIAPA KITA BERSAMA - 26 September 2018 10:14

  • Rabu, 26 September 2018 10:14:47
  • Ahmad Imam Mawardi

KEMULIAAN SALAH SATUNYA DITENTUKAN OLEH DENGAN SIAPA KITA BERSAMA

Berulang-ulang saya baca kisah Ashabul Kahfi dalam Al-Qur'an surat Al-Kahfi itu. Selalu saja saya terpada dengan anjing yang menyertai pemuda penghuni gua itu. Anjing yang dalam hukum Islam dinyatakan sebagai binatang "kotor" berpredikat najis kelas berat, najis mughalladzah, disebut berkali-kali dalam narasi kisah kemuliaan. Cobalah baca ayat berikut:

Allah SWT berfirman:

سَيَـقُوْلُوْنَ ثَلٰثَةٌ رَّابِعُهُمْ كَلْبُهُمْ ۚ وَيَقُوْلُوْنَ خَمْسَةٌ سَادِسُهُمْ كَلْبُهُمْ رَجْمًۢا بِالْغَيْبِ ۚ وَيَقُوْلُوْنَ سَبْعَةٌ وَّثَامِنُهُمْ كَلْبُهُمْ ۗ قُلْ رَّبِّيْۤ اَعْلَمُ بِعِدَّتِهِمْ مَّا يَعْلَمُهُمْ اِلَّا قَلِيْلٌ ۗ فَلَا تُمَارِ فِيْهِمْ اِلَّا مِرَآءً ظَاهِرًا ۖ وَّلَا تَسْتَفْتِ فِيْهِمْ مِّنْهُمْ اَحَدًا

"Nanti (ada orang yang akan) mengatakan, (Jumlah mereka) tiga (orang), yang keempat adalah anjingnya, dan (yang lain) mengatakan, (Jumlah mereka) lima (orang), yang keenam adalah anjingnya, sebagai terkaan terhadap yang gaib; dan (yang lain lagi) mengatakan, (Jumlah mereka) tujuh (orang), yang kedelapan adalah anjingnya. Katakanlah (Muhammad), Tuhanku lebih mengetahui jumlah mereka; tidak ada yang mengetahui (bilangan) mereka kecuali sedikit. Karena itu janganlah engkau (Muhammad) berbantah tentang hal mereka, kecuali perbantahan lahir saja dan jangan engkau menanyakan tentang mereka (pemuda-pemuda itu) kepada siapa pun."

(QS. Al-Kahf 18: Ayat 22)

Anjing memiliki posisi mulia dalam kisah ini karena bersama dengan pemuda-pemuda mulia yang peduli akan agama, peduli pada tauhid, peduli pada urusan keselamatan hati. Maka siapapun kita yang terus bersama orang-orang mulia, pastilah akan terikut mulia. Pilihlah teman duduk dan teman bicara yang peduli agama dan orientasi kehidupannya adalah kemaslahatan dalam maknanya yang hakiki.

Lukman al-Hakim banyak menyampaikan nasehat tentang perlunya duduk bersama orang alim dan bergaul akrab dengan orang bijak. Semua ini sungguh agar kita yang tak alim dan belum bijak ini mendapatkan keberhahan dari ilmu dan hikmah mereka. Syekh Hasan Basri pun mewasiatkan hal yang sama. Sudahkah kita laksanakan nasehat dan wasiat mereka?

Mari kita tanyakan pada diri kita sendiri dan jujurlah dalam menjawabnya: "Siapakah orang yang kita inginkan bisa dekat dengannya? Mengapa orang itu yang kita inginkan? Apa yang kita inginkan darinya? Jawaban kita sungguh menjadi indikator yang menentukan mulia tidaknya hidup kita. Teruslah akrab dengan orang-orang baik. Salam, AIM