Pencerah Hati

KEPANIKAN DAN KETAKUTAN JIWA BISA MENJADI PENGANTAR KEMATIAN - 25 Juli 2020 01:12

  • Sabtu, 25 Juli 2020 01:12:38
  • Ahmad Imam Mawardi

KEPANIKAN DAN KETAKUTAN JIWA BISA MENJADI PENGANTAR KEMATIAN

Jumlah orang panik dan ketakutan di masa pandemi wabah corona ini sangatlah meningkat. Ini tampak jelas dari maraknya perbincangan berbau galau dan takut yang sangat banyak menyebar di media sosial. Mengapa mucul panik dan takut? Salah satunya adalah karena ada yang menakut-nakuti dan menggawat-gawatkan keadaan ini dengan menyebarkan berita melampaui fakta. Penyebab lainnya adalah karena ketidaktahuan manusia akan hakikat wabah ini. Penyebab paling pokok adalah karena kurangnya keimanan bahwa semua yang terjadi di muka bumi ini adalah dalam pantauan dan pengetahuan Allah.

Perlukah kita panik? Panik itu mampu menghapus sinar wajah, panik itu membunuh senyuman dan meruntuhkan optimisme hidup. Orang-orang desa yang tak mengkonsumsi berita media sosial dan terus saja semangat pasrah beribadah banyak terlihat biasa-biasa saja dan hidup sumringah di tengah keterbatasan ekonomi yang dihadapinya. Tugas kita berupaya menjaga kebersihan hati, kebersihan adan dan kebersihan lingkungan. Selanjutnya adalah Allah yang mengatur.

Masih panik dan galau akan datangnya dan menyebarnya virus? Paerahkan segala urusan kepada Allah. Untuk sedikit renungan agar tak terlalu panik, ijinkan saya bercerita. Kisah yang saya sampaikan kali ini adalah dari kitab Hilyatul Awliya' yang sangat terkenal itu. Ada kisah seorang wali keramat yang dititipi Allah kemampuan untuk berbicara, berbincang-bincang, dengan apapun. Kali ini saya akan bercerita tentang episode beliau berbincang dengan wabah.

Dalam suatu perjalanan, sang wali bertemu dengan wabah. Beliau bertanya mau kemana wabah-wabah itu. Wabah menjawab bahwa mereka akan ergi ke Damaskus dan menetap di sana selama dua tahun. Sang wali kaget dan kemudian bertanya berapa orang yang akan meninggal karea wabah. Wabah-wabah itu menjawab bahwa yang akan meninggal karena wabah adalah 1000 orang. Luar biasa dialog ini, bukan? Kira-kira virus corona ini berapa lama dan berapa orang ya yang akan meninggal karenanya?

Setelah dua tahun berlalu, berita tentangwabah di Damaskus mulai reda. Di suatu kesempatan, bertemu kembalilah sang wali dengan wabah itu. Beliau bertanya lagi tentang kisah yang terjadi di Damaskus. Di saat itu belum ada surat kabar, apalagi media sosial seperti sekarang ini. Sang wali bertanya berapa orang yang meninggal pada musim wabah dua tahun itu. Wabah-wabah itu menjawab bahwa yang wafat ada 50.000 orang.

Sang wali terkejut sambil bertanya kembali: "Lho, kata kalian dua tahun yang lalu, yang wafat karena wabah hanya 1000. Lha kok nyatanya 50.000?" Wabah-wabah itu menjawab: "Yang resmi meninggal karena wabah memang hanya 1000 kok. Sisanya, yang 49.000 orang itu, meninggal dunia karena TERLALU PANIK, GALAU DAN TAKUT pada wabah." Sang wali manggut-manggut tanda paham.

Kepanikan dan ketakutan yang berlebihan adalah penyakit yang mematikan. Termasuk panik akan penyakit sendiri dengan tingkat kepanikan melampaui kewajaran adalah penyakit yang berbahaya. Kata sebagian pakar: "Overthinking, berpikir yang berlebihan , adalah merusak kesehatan." Karena itulah maka berita yang melebih-lebihkan fakta itu adalah sebuah tindakan kriminal, berbahaya. Media massa dan media sosial berpotensi menjadi lahan bermain orang-orang yang melancarkan "politics of fear." Makhluk apa lagi ini? Jangan panik, kapan-kapan kita lanjutkan.

Nah, sudahkah dapat kabar dari para wali tentang berapa lama virus corona ini bertahan? Berapa orangkah sesungguhnya korban asli wabah corona ini? Perbincangan saya dengan beberapa orang yang Allah titipkan keramat mukasyafah (pikiran/hati terbuka) menarik untuk dituliskan. Salam, AIM