Pencerah Hati

KETIKA ANANDA MENANGIS DAN TERTAWA, BAGAIMANAKAH PERASAAN ORANG TUA? - 26 Oktober 2018 15:40

  • Jumat, 26 Oktober 2018 15:40:33
  • Ahmad Imam Mawardi

KETIKA ANANDA MENANGIS DAN TERTAWA, BAGAIMANAKAH PERASAAN ORANG TUA?

Kemaren sore, saya dan isteri mengunjungi ananda Rahmi, anak ketiga yang sedang menghapalkan al-Qur'an di Pondok Pesantren Al-Amanah Jombang. Dia chatting dengan Mbaknya yang psikolog bahwa mengapalkan al-Qur'an itu berat, terlebih menghadapi ujian hapalannya. Kami sebagai orang tua hadir memberikan support sekalian sowan kepada pengasuh pondok.

Saat bertemu dengan ananda Rahmi, dia bersalaman dengan kami dan kami peluk. Saat dia ada dalam pelukan saya, dia menangis teteskan air mata tanpa seucap kata. Saya bisikkan kata-kata dia sendiri setengah tahun yang lalu: "Kalau engkau sulit menghapal al-Qur'an, itu pertanda bahwa Allah ingin engkau selalu berkunjung menjenguk huruf-huruf kalamnya. Bukan karena kamu tak bisa menghapal." Dia semakin menangis. Kuelus kepalanya. Saya merasakan indahnya menjadi seorang ayah yang menjadi tempat kembali anak-anaknya.

Ananda Rahmi baru 1 tahun 3 bulanan mondok di sana. Di samping menghapalkan al-Qur'an, dia sekolah di MAN jurusan bahasa, jurusan yang disukainya. Saat ini hapalannya sudah 15 juz mau ke 16 juz. Kami orang tuanya merasa bangga sekali. Menurut kami, sudah luar biasa prestasinya.

Anak pertama dan anak terakhir sempat menelpon Rahmi. Mereka tertawa cekikikan, lalu menangis dan terdiam. Diam-diam saya nguping mencari tahu. Mereka dengan akrabnya berbagi cerita lucu, lalu si kecil Agam berkata: "Aku kangen Mbak Rahmi." Ananda Rahmi menagis sambil berkata: "Sama, adik. Mbak juga." Sebagai orang tua, kami bahagia melihat keakraban dan kesatuan rasa anak-anak. Semoga rukun selamanya. Kami pulang dengan lega. Bulan depan akan menjenguk lagi, insyaAllah.

Semoga kita dan keluarga kita semua bahagia, rukun dan kompak selalu. Salam, AIM