KITA SEMUA BUTUH TONGKAT KEHIDUPAN
Walau masih kuat dan muda, Imam Syafi'i yang alim dan wara' itu kemana-mana berjalan memakai tongkat. Banyak yang bertanya alasannya kepada beliau. Beliau selalu menjawab dengan jawaban sama: "Tongkat ini mengingatkanku bahwa aku harus hati-hati dalam menjalani hidup. Harus punya pegangan."
Bagaimanakah dengan kita wahai saudaraku dan sahabatku? Tak butuhkah tongkat, pegangan, dalam menjalani hidup yang penuh dengan goda dan uji? Mari kita saling mengingatkan untuk selamat brsama-sama. Renungkan kisah berikut ini, tentang orang buta yang luar biasa.
Akhirnya orang buta yang saya kisahkan ini sampai juga ke tempat yang dituju dengan selamat hanya dengan alat bantu bernama tongkat. Dia tidak pernah mau melangkahkan kakinya ke depan sebelum meyakinkan dirinya dengan tongkatnya bahwa jalan di depannya adalah tepat dan tidak membahayakan.
Andai saja setiap kita seperti orang buta tadi, yakni tidak melangkahkan kaki ke depan sebelum meyakinkan diri dengan ajaran agama bahwa jalan yang akan kita lalui adalah benar, baik dan indah, maka kita pun akan sampai pada tujuan akhir bernama "ridla Allah."
Sayangnya, betapa sering kita melangkah tanpa panduan. Betapa sering kita melangkah di atas keraguan. Betapa sering kita melangkah hanya atas nama ikut-ikutan. Betapa sering kita melangkah hanya bermodalkan nekat tanpa pengetahuan.
Kita berada dalam kebutuhan yang sangat besar akan "tongkat kehidupan," berupa petunjuk arah menuju kebahagiaan dan kesuksesan sejati. Mengajilah dengan serius, belajarlah pada guru yang tepat, maka kita akan tahu perbedaan dan bisa membedakan antara yang benar dan yang salah, yang bermanfaat dan yang sia-sia. Salam, AIM