Pencerah Hati

MAKAN BERSAMA DI PONDOK - 30 November 2017 18:41

  • Kamis, 30 Nopember 2017 18:41:40
  • Ahmad Imam Mawardi

MAKAN BERSAMA DI PONDOK

Sehabis maghrib, sambil menikmati rempeyek renyah khas karya jamaah pondok, kami berbincang tentang kehidupan pondok di jaman kami dulu. Tibalah diskusi pada makanan yang biasa dibawa wali santri saat mengunjungi anaknya. Biasanya wali santri tak hanya membawa makanan untuk anaknya melainkan untuk teman satu kamarnya juga.

Saat saya mondok di Sukorejo Situbondo, saya bercerita pada istri dan anak, ada yang disebut nasi gulung. Nasi gulung adalah nasi yang dibungkus daun pisang kemudian dikukus lagi biar awet tak basi. Harum daunnya khas sekali. Lalu dibukalah nasi gulung itu dengan menghampar gulungan daun panjang itu. Lauknya boleh beragam, namun sambel merupakan salah satu rukun yang tak boleh tak ada.

Istri saya menimpali bahwa di Jawa itu dikenal dengan nasi timbel. Katanya, saat modok dulu, sering dibawakan nasi seperti ini oleh ibu. Sayangnya, saat sudah "mondok" dengan saya, ibu mertua tak pernah buatkan nasi gulung itu. Kalau di Jawa, lanjut istri saya, lauknya biasanya ayam utuh yang dimasak beragam versi. Mantapnya.

Akhirnya, kangen juga sama nasi gulung. Makannya dilarang sendirian. Wajib makan bersama sambil teriak "kulluhum" yang makna ayo semuanya gabung. Walau kini saya lama tak makan nasi, kalau ada nasi gulung kayaknya saya akan ikut makan. Tentu tidak dengan bergulung-gulung. Hmmm, kangen pondok.

Kapan-kapan, kalau jamaah setuju, di pengajian pondok kita kita coba makan nasi gulung bersama. Salam nasi gulung, AIM