Pencerah Hati

MENANAM DAN MERAWAT NILAI-NILAI KEBAIKAN DALAM HIDUP - 16 Agustus 2021 09:35

  • Senin, 16 Agustus 2021 09:35:14
  • Ahmad Imam Mawardi

MENANAM DAN MERAWAT NILAI-NILAI KEBAIKAN DALAM HIDUP

Saya benar-benar tersentuh dengan nasehat ulama berikut ini: "Jagalah kebaikanmu melebihi penjagaanmu akan nafasmu. Nafasmu suatu saat pasti berhenti dan lenyap, sementara kebaikanmu masih bisa terus berlanjut. Orang bahagia yang diberi pertolongan oleh Allah adalah orang yang ketika nafasnya terhenti kebaikannya terus berjalan dan tak ikut berhenti. Anda semua adalah musafir, namun jejak kaki dan bekas kehidupanmu (atsar) tetaplah terbaca. Tinggalkanlah di belakangmu sesuatu yang tetap menjadikanmu hidup walaupun jasadmu telah mati. Pastikan sesuatu itu adalah kebaikan-kebaikanmu."

Dari kutipan di atas kita bisa memahami mengapa orang-orang shalih terdahulu berlomba-lomba dalam kebaikan. Dari nalar di atas juga dipahami mengapa berlomba-lomba dalam kebaikan menjadi salah satu perintah al-Qur'an yang paling sering digaungkan. Ternyata dari situlah kita bisa menjadi orang panjang umur dalam maknanya yang hakiki.

Kebanyakan orang tertipu dalam kehidupan di dunia yang sementara itu. Kebanyakan mereka bersungguh-sungguh menjaga kesehatan badan agar panjang usia tetapi malas dan lengah sekali menjaga kesehatan hati yang bisa menjadikannya "hidup abadi" dengan kebaikannya, bersemangat sekali mengumpulkan harta agar hidup dunia tidak menderita tapi malas dan tak bersemangat mengumpulkan amal kebaikan yang bisa menjadikannya bahagia hakiki.

Yang kaya atau yang miskin, yang pandai atau yang bodoh, yang tinggal di kota atau di desa, semuanya pasti akan kehilangan nafasnya. Kapan waktunya nafas berhenti sangat tidak ditentukan oleh status kaya atau miskin, pandai atau bodoh dan status lainnya. Igu ajal, hak mutlak Allah. Yang pasti, semuanya memiliki kesempatan mempersembahkan yang terbaik untuk menjadikannya "hidup abadi" dalam umur yang makmur penuh dengan khayril umur.

Merugilah orang yang hidupnya hanya secara ringkas ditulis di batu nisannya: lahir tanggal sekian dan wafat tanggal sekian. Berbahagialah mereka yang hidupnya tertulis dalam sejarah kemanusiaan sebagai manusia yang berjasa besar dalam hidupnya yang bisa dirasakan oleh generasi setelahnya. Doa banyak orang terus mengalir untuknya. Marilah menjadi seperti yang terakhir ini, beramallah, berbuatlah mumpung masih ada waktu. Salam, AIM