MENGAPA MEMILIH PEMIMPIN YANG BENAR DAN BAIK ITU PENTING?
Ada banyak cara orang mengulas jawaban atas pertanyaan di atas. Ada banyak dalil dasar yang bisa dijadikan sebagai permulaan kalimat. Ada yang membahasnya dengan berangkat dari keyakinan bahwa "rakyat itu ikut pemimpinnya." Kata para penjual ikan, jika kepala ikan itu masih berwarna merah segar, maka tubuh ikan bisa dipastikan segar dan bagus. Kepala menjadi indikator, bukan?
Dalam perbincangan ringan hari ini saya akan paparkan dalil yang ringan-ringan saja yang barangkali oleh sebagian cendikia dianggap kurang ilmiah. Ya, tak apa. Semoga ada manfaat. Itu saja keinginan setiap share tulisan saya.
Dalam al-Qur'an, kata SYAITHAN disebutkan sebanyak 68 kali, sementara kata FIR'AUN sang raja yang menganggap dirinya itu tuhan yang tidak bisa disalahkan itu disebut sebanyak 74 kali. Kita belum pernah menghitung itu, bukan? Karena Allah adalah Maha dalam segala-galanya, sempurna alam segala-galanya, maka pasti saja jumlah angka penyebutan itu ada hikmah atau rahasia yang dikandung. Namun, apakah itu?
Sebagian penafsir membaca perbedaan angka ini dengan menyatakan bahwa kejahatan dan kerusakan yang diakibatkan penguasa yang khianat serta anti agama, jauh daru kebenaran, adalah lebih besar ketimbang kejahatan dan kerusakan yang dibawa syetan. Nah, berat sekali implikasinya ini. Sementara, selama ini kita selalu saja menyalahkan syetan di balik segala kerusakan.
Penjelasannya bisa lebih panjang lagi, bisa sampai 1 semester jika saya mau mengupas tuntas. Namun, kali ini saya cuma ingin titip pesan bahwa kita perlu hati-hati dalam memilih pemimpin. Sebentar lagi adalah musim pilkada. Pilihlah pemimpin yang semenjak lama dekat dengan ulama dan tidk memusuhi mereka. Pilihlah pemimpin yang track recordnya tidak pernah curang. Pilihlah pemimpin yang kita nilai bisa membawa sukses bahagia masyarakat semuanya.
Bagaimana cara mengetahui calon pemimpin itu baik apa tidak? Ceritanya bisa lebih panjang. Yang jelas, jangan terlalu percaya dan terpesona dengan kata-kata MAKELAR POLITIK. Iklan itu selalu tampil mewah, walau kenyataannya adalah "waaaaah, ternyata begini begitu aja toh." Salam, AIM