MENGAPA SAYA MENGAGUMINYA
Bagaimana saya tidak kagum kepada orang ini, orang yang rutin setiap subuh menyempatkan dirinya berinfaq di kotak amal masjid walau hanya Rp. 1000. Bukan Rp. 1000 yang saya kagumi, melainkan semangat bersedekahnya dengan fakta bahwa penghasilan hariannya hanyalah antara Rp. 20.000 sampai dengan Rp. 50.000. Mata pencahariannya adalah penyedia layanan anyar seberang anak SD di jalan raya depan sekolah.
Teringatlah saya pada sabda Rasulullah bahwa 2 dirham bisa jadi mengalahkan 100 dirham, yakni pada saat 1 dirham itu adalah jumlah uangvyang dishadaqahkan dari 10 dirham yang dimiliki, sementara 100 dirham itu adalah jumlah uang yang dikeluarkan dari 1 juta dirham yang dimiliki. Bukan besaran jumlah yang dinilai, melainkan jumlah prosentase kelegaan hati dalam bershadahnya.
Teringat pula saya pada dawuh para bijak: "Jangan engkau terburu-buru kagum pada seorang dermawan sebelum engkau tahu darima asal muasal hartanya dan untuk apa digunakannya." Ada banyak cara mendapatkan harta, ada yang halal dan ada yang haram. Ada banyak jalan pemggunaan harta, bisa di jalan yang disuka Allah dan bisa di jalan yang dimurka Allah. Itu semua tidaklah sama, bukan?
Bagaimana saya tidak kagum kepada hansip yang satu ini, seorang lelaki yang paling setia menjaga parkir di setiap pengajian, pun juga aktif bertugas bagian keamanan sebuah masjid. Jabatan hansipnya adalah karena dipilih dan didukung semua masyarakat, bukan karena menyogok dan cara tipu menipu suara demi jabatan. Jabatannya "cuma" hansip, namun dia telah menenangkan perasaan semua orang yang beribadah.
Teringatlah saya pada dawuh para bijak: "Jangan lihat jabatannya. Lihatlah bagaimana cara mendapatkannya dan untuk apa jabatannya itu. Ketika semua berdasarkan aturan dan untuk kemaslahatan umum, ma aitulah sebaik-baiknya jabatan." Salam, AIM@Baytul Jannah Mosque
