MENGHORMATI, MENGHARGAI DAN TAK MENYAKITI
Undangan keliling bekisah tentan Nabi Muhammad begitu banyak. Bukan hanya untuk saya namun untuk semua penceramah, ustadz dan kiai. Namun tersisa sebuah tanda tanya, sebesar apakah hasrat kita untuk meneladani hidup beliau? Apakah undangan-undangan itu hanya bagian rutinitas yang dilaksanakan atas nama gaya hidup? Jawabannya mungkin berfakta beda-beda.
Berkisah tentang Sang Nabi adalah berkisah tentang pribadi yang agung, sanrun dan penuh hormat. Beliau tak pernah memiliki hasrat menyakiti rasa, hati dan badan orang lain. Menetes air mata ini mengingat beliau disakiti tapi tak pernah membalas menyakiti. Sudahkah kita sebagai ummat beliau meneladani beliau? Lalu kemana hikmah kisah yang disampaikan dan didengarkan?
Rasulullah dan para sahabatnya menaruh hormat kepada siapapun. Musuhpun dihormati dan tak disakiti. Kini, jangankan musuh, sahabat saja dihinakan dan disakiti. Rupanya banyak yang lupa bahwa roda hidup itu berputar, pada saatnya semua yang kita lakukan akan kembali kepada kita.
Hormati orang lain, jangan cela dan jangan hina. Hargai orang lain, jangan biarkan hatinya terluka merasa tak lagi bernilai karena sikap kita yang arogan. Jangan sakiti perasaan, hati dan badan orang lain, karena menyakitinya adalah menyakiti hidupnya. Kepada musuh Rasulullah mengajarkan santun, apalagi kepada teman dan, terlebih kepada orang-orang yang harusnya memang kita hormati. Salam, AIM@Jimbaran Bali