MENJADI DOSEN YANG DIKENANG KEBAIKANNYA, ALANGKAH NIKMATNYA
Saat ini saya berada dalam bis tour reuni Alumni MAFAS 1989. Reuni kali ini di rumah Mbak Abidah (Mas Choliq Baya) Jember setelah tahun kemaren di pondok saya, PP Kota Alif Laam Miim Surabaya. Suasana bis menjadi ramai mengenang dosen-dosen jaman dulu.
Paling ramai adalah saat mengenang seorang dosen yang tidak pernah memberikan nilai 4. Satu kelas dengan 60 mahasiswa, hanya 2 mahasiswa yang dapat 3 dan 10 mahasiswa yang dapat 2, sisanya adalah dibawah itu, bahkan banyak yang dapat 0. Apakah matakuliahnya yang sulit, mahasiswanya yang bodoh atau dosennya yang tidak benar menjadi perbincangan. "Saya mengulang 3 kali, nilai saya tetap 2," kata sebagian. Yang lain menjawab: "Kok sampeyan, teman kita yang tetangganya pak dosen itu juga dapat nilai 2." Teman-teman tertawa. Ada yang bijak berkata: "Gak apa-apa nilai tak baik, yang penting barokahnya, hidup kita baik." Sejenak suasana bis senyap.
Kenangan selanjutnya jatuh pada dosen yang suka menyapa mahasiswa dan memberikan nilai yang baik. Semua alumni khusyuk menyimak kisah kebaikannya, lalu meluncurlah kalimat doa untuk mereka yang dikenang baik. Tak lupa menutup doa dengan fatihah.
Dalam hati saya menyimpulkan, begitu nikmatnya jika menjadi dosen yang dikenal dan dikenang baik oleh para mahasiswanya. Sapaan ramah, bimbingan yang telaten dan profesionalisme mengajar sungguh menjadi image baik yang paling dikenang mahasiswa.
Diskusi dalam bis tentang para dosen masih berlanjut. Semoga kelak ketika kita para dosen dan guru audah pensiun masih ada doa kebaikan dari mahasiswa dan murid kita. Salam, AIM@Jember