MENJADI PRIBADI YANG BAIK DAN MEMPERBAIK
Kebaikan dalam segala bentuknya adalah disuka oleh siapapun selain syetan. Orang baik selalu saja menjadi buah bibir, mengundang decak kagum dan melahirkan cinta. Menjadi penyeru kebaikan, pengajah kebaikan, pribadi yang memperbaiki orang lain adalah lebih tingg lagi derajatnya. Meski demikian, penganjur dan penvajak kebaikan seringkali dibenci oleh mereka yang sudah menjadi "pengikut" syetan.
Tak sempurna kehidupan seorang mukmin sebelum dia menjadi orang baik yang memperbaiki. Catat, tak cukup hanya menjadi pribad baik melainkan juga pribadi yang memperbaiki. Inilah salah satu rahasia mengapa perintah shalat dalam al-Qur'an selalu dibersamakan dengan zakat dan sabar.
Shalat, secara umum, adalah untuk kebaikan diri, yakni melatih dan membina diri menjadi pribadi yang baik. Zakat, secara umum adalah untuk kebaikan orang lain, baik dari sisi ekonomi ataupun pola hubungan sosial. Demikian juga sabar adalah untuk kebaikan bersama, kebaikan diri dan kebaikan orang lain dalam merespon keadaan. Perhatikan banyak ayat yang bermakna: "Dirikanlah shalat dan tunaikan zakat." Perhatikan pula perintah: "Mintalah pertolongan kepada Allah dengan kesabaran dan shalat."
Pertanyaannya adalah sudahkah kita berbagi kebahagiaan dengan orang lain? Sudahkah kita menjadi perantara perbaikan hidup orang lain? Jika jawabannya adalah "iya" maka berbahagialah dan teruslah iatiqamah di jalan ini. Jika jawabannya adalah "masih belum" maka marilah kita mulai bersama dengan mereka yang berjalan di jalan ini, jalan cinta dan kemanusiaan. Sungguh ada kenikmatan dan kebahagiaan dalam aksi memmberi dan berbagi yang tidak perah bisa dirasakan kecuali oleh mereka yang melakukannya. Salam, AIM