MURU'AH, MENJAGA CITRA DIRI
Tentang muru'ah banyak sekali ulama akhlak yang membahasnya. Sebagai definisi singkat, muru'ah dimaknai karakter yang mencitrakan kemuliaan dirinya sebagai manusia. Ada yang menjelaskan pula sebagai kemampuan seseorang menjaga dirinya dari segala hal negatif yang menurunkan harga dirinya. Seseorang dianggap menjaga muru'ah adalah, kata Syekh Hasan Basri, apabila seseorang selalu berusaha memperbaiki urusan agamanya, menggunakan hartanya dengan baik, menebar kedamaian dan mencintai sesama manusia. Penjelasan yang cukup luas, bukan?
Di dunia ini banak mulut sebanyak kepala manusia. Bukan hanya kita yang memiliki mulut. Menjaga muru'ah bisa bermakna selalu berbuat sesuatu yang menyebabkan mulut-mulut berbicara baik tentang kita, tidak berbicara negatif tentang kita. Kuncinya bukan ada di mulut manusia, tapi di perilaku kita sendiri.
Teringatlah saya pada doa Nabi Ibrahim yang memohon kepada Allah agar menjadi buah bibir yang baik sepeninggal beliau. Doanya dikabulkan Allah. Bagaimanakah dengan kita? Indahnya jika selalu menjaga citra kemuliaan kita sebagai manusia. Hari ini saya duduk dengan Bapak Bambang Irianto, owner beberapa perguruan tinggi. Beliau sudah sepuh dan memang menjadi sesepuh. Ingatannya kuat dan prinsip hidupnya mapan. Beliau berkata kepada saya: "Sepanjang-panjangnya jalan, masih panjang mulut manusia. Berhati-hatilah." Salam, AIM