PEKERJA TULEN YANG SANTRI TULEN
Lelaki yang saya ceritakan ini adalah pekerja tulen dan satri tulen. Saban hari bergelut dengan perkebunan dan pertaniannya, sejak dulu masih muda sebagai penggarap sampai kini sebagai bos atau majikan. Perjalanan yang tak mudah untuk menjadi jaya, ada banyak hambatan dan tantangan. Namun semangatnya tak pernah kendor, ada keyakinan kuat bahwa manusia yang berusaha dan berdoa akan menuai hasil melebihi yang diharapkan. Keyakinan ini diturunkan kepada anak lelakinya yang kini menjadi putera mahkota kerajaan bisnisnya.
Lelaki ini adalah santri tulen. Ketaatannya kepada kiai, guru, ulama adalah 100%, dukungan akan pengajian dalam berbagai bentuknya adalah 100%, dukungan pada pembangunan mushalla, langgar, masjid dan pesantren juga luar biasa. Lelaki ini sepertinya benar-benar satu jiwa dengan istri dan anaknya. Saya menjadi saksi bahwa satu keluarga ini sering mengumrohkan dan menghajikan pekerja, saudara dan tetangganya. Ini menjadi agenda tahunan beliau. Tak mudah ditiru, bukan?
Apakah jumlah hartanya menurun dengan banyaknya amal shadaqahnya? Benar firman Allah dan sabda Rasulullah bahwa harta tak akan pernah berkurang karena shadaqah. Ekonomi beliau dan keluarga semakin moncer alias melejit saja. Namun gaya hidupnya tetap santun dan santai saja, khas santri. Tak banyak yang mengira beliau ini milyarder. Senang berkumpul dengan masyarakat biasa, bercanda dengan mereka dan makan bersama mereka. Pakaiannya juga mengikuti kelaziman masyarakat biasa.
Mengeluarkan uang ratusan juta untuk urusan agama dan sosial tanpa ada proses panjang berupa debat, diskusi dan proposal lengkap. Yang penting sudah benar serius dan ada niat tulus serta bukti maka langsung saja ditransfer. Saya ingat kata-kata beliau saat membayar uang umroh puluhan orang: "Buat apa uang kalau tidak untuk ibadah. Semoga pahalanya sampai kepada orang tua kami yang sudah ada di alam kubur. Kami menjadi begini adalah karena orang tua." Saya terenyuh, dan saya ingat kalimat ini.
Saya salut kepada semua orang yang rizki kekayaannya tidak untuk dipamerkan dan dijadikan pertunjukan gaya hidup, melainkan sebagai bekal bahagia hakiki dunia akhirat. Selamat dan salam hormat kami untuk saudaraku, Haji Syamsiadi dan keluarga. Semoga Allah senantiasa melindungi dan merahmati panjenengan sekeluarga. Salam, A Imam Mawardi