Pencerah Hati

PELAJARAN HIDUP: TITIK JENUH YANG MENGHARUKAN - 08 Agustus 2020 09:41

  • Sabtu, 08 Agustus 2020 09:41:42
  • Ahmad Imam Mawardi

PELAJARAN HIDUP: TITIK JENUH YANG MENGHARUKAN

Hari ini kita bicara tentang jenuh. Apakah semua rasa jenuh itu negatif? Ternyata, tidak. Pagi hari ini saya berbahagia sekali ditelpon oleh Owner Kanomas Travel dan Al-Jazeerah Restourant yang terkenal itu. Beliau adalah Bapak Umar Abdul Aziz Bakadam, saya biasa panggil beliau Habib Umar. Ada banyak kesamaan dengan Khalifah Umar bin Abdul Azis yang legendaris itu. Di antaranya adalah seringnya beliau meminta maaf dan memberikan shadaqah. Saya bersaksi untuk itu.

Salah satu poin perbincangan via telepon pagi ini adalah ucapan beliau: "Banyak orang yang lupa akan kematian, sehingga tak peduli lagi dengan halal dan haram." Andai ucapan ini disampaikan oleh orang miskin yang sakit-sakitan, pasti kita curiga ada faktor sentimen dan iri hati akan orang kaya. Namun saat diucapkan oleh Habib Umar yang kaya itu, ucapan ini adalah kesadaran puncak bahwa pada akhirnya semua akan tiada. Karena itu, perhatikan halal haram dalam bekerja, perhatikan hak orang lain dalam harta kita.

Mendengar kata-kata beliau, kami yang mendengarkan kompak menganggukkan kepala. Ada pakar fisika UM, Mas Doktor Taufiq, yang juga sedang duduk berkunjung ke pondok kami. Teringatlah kami kn sabda Rasulullah bahwa kematian adalah pemutus segala kelezatan dunia dan bahwa sesungguhnya untuk menjadi baik cukuplah kematian sebagai penasehat bagi manusia. Kita semua pasti menemui kematian dan semuanya pasti dimintai pertanggungjawaban.

Ucapan beliau yang membuat kami terperangah dan terharu adalah: "Saya sudah mulai jenuh dengan pekerjaan saya, dengan amanah pekerjaan dan harta yang berlebih ini." Nah, jenuh yang seperti ini adalah jenuh yang positif, bukan? Sementara itu, kita baca dalam berita dan kita dengar dari bermacam media begitu banyak orang yang tak bosan berburu dunia sampai lupa halal haram dan lupa waktu; semua jenis pekerjaan dan penghasilan harus dikuasai dirinya sendiri dan tak mau berbagi dengan orang lain. Bahagia dan muliakah orang seperti ini pasca kematiannya? Saya rasa tidak. Kisah hidupnya akan lewat tanpa makna, tanpa iringan doa dan bahkan tanpa kesan.

Ungkapan lainnya adalah: "Doakan saya untuk tetap menjadi ahli shadaqah, ahli membantu orang. Saya tak mau memecat karyawan karena mereka butuh kerja. Terkecuali dia sudah memiliki pekerjaan lain. Mari kita ingat perjumpaan kuta di Arafah 10 tahun yang lalu." Kebetulan beliau akad dengan saya mendirikan travel haji dan umrah PT Kanomas tepat di dalam tenda Arafah seusai khutbah Arafah. Saya terharu dengan kata-kata beliau. Semoga terus istiqamahdan panjang umur dalam sehat wal afiyat semuanya. Salam, AIM