PELAJARAN HIDUP YANG SANGAT MENDALAM DARI SEORANG "TRAVELLER"
Sering kita baca di biodata banyak orang saat menulis hobbynya: TRAVELLING. Sering juga kita lihat beberapa orang yang setiap tahunnya selalu saja memiliki acara tour keliling ke destinasi wisata. Tak ada yang salah dengan hobby itu, sangat dibolehkan dalam agama sepanjang ada hikmah yang bisa kita petik untuk kebaikan hidup kita. Saat ini saya akan bercerita tentang dan mengambil hikmah dari seorang traveller, musafir.
Seorang musafir singgah di kediaman seorang ahli ibadah yang terkenal alim, zuhud dan wara'. Sepertinya, musafir itu ingin mendapatkan siraman batin guna menghibur mata hati setelah menghibur mata kepala. Niat yang bagus. Setelah ucap salam dan masuk ke ruangan kediaman sang ahli ibadah itu, mata sang musafir mengamati kondisi rumah yang sangat sederhana itu. Tak ada furniture apapun, termasuk meja dan kursi. Yang ada hanya satu buah lampu (lentera) dan sajadah. Sederhana bukan?
Sang musafir, traveller, penasaran mengapa sesederhana itu padahal banyak tamu yang datang yang barangkali juga memberi sesuatu. Dia bertanya kepada beliau: "Mana furniture jenengan Syekh? Kok tak ada sama sekali?" Dengan tersenyum beliau bertanya balik: "Furnituremu juga di mana kok tak ada bersamamu?" Sang musafir menjawab: "Lho saya kan musafir, traveller, buat apa membawa-bawa furniture sepanjang perjalanan saya?" Jawabannya logis sekali. Namun jawaban Syekh lebih logis dan membungkam: "Saya juga musafir, traveller, yang senantiasa berada dalam perjalanan menuju Allah. Lalu, apa alasan saya membawa-bawa furniture dalam perjalanan berat ini?"
Sang musafir dunia mulai menangis merenungi jawaban itu. Saya sendiri tersindir dengan jawaban itu. Kita semua adalah musafir menuju Allah. Apa yang harus kita bawa? Salam, AIM