Pencerah Hati

Pencerah Hati 02 Maret 2016 14:00

  • Rabu, 02 Maret 2016 14:00:00
  • Ahmad Imam Mawardi

Termasuk salah satu keajaiban hidup adalah adanya manusia yang menjauh ketika kebaikan dibicarakan dan mendekat ketika gossip sedang dibisikkan. Saya tidak tahu apanya yang salah kok responnya berkebalikan dengan logila waras. Apakah memang ada kecenderungan orang suka pada bisik-bisik dan tak suka pada bicara jelas? Ah sepertinya tidak juga. Yang salah sepertinya hatinya sedang sakit.

Salah satu bentuk keajaiban lainnya adalah bahwa sebanyak apapun orang bicara tentang kebaikan diri kita, selalu saja orang ajaib tersebut di atas akan mengingkari seratus persen. Sementara jika ada seorang saja yang berbicara tentang kejelekan kita, maka langsung dipercaya seratus persen dan siap siaga untuk menyebarkannya. Apakah memang ada kecenderungan orang suka orang lain jatuh dan tercela dan hanya dirinya sendiri saja yang bangkit dan mulia? Ah sepertinya tidak juga, kecuali orang yang hatinya sakit.

Kata sastrawan pengarang burdah: "Kadang mulut mengingkari segarnya air karena sedang sakit gigi, kadang mata mengingkari indahnya sinar mentari karena sedang sakit mata." Mulut sehat akan jujur menilai rasa air, mata sehat akan obyektif menilai indahnya sinar mentari. Saatnya kita bertanya bagaimana dengan kondisi hati kita?

Marilah kita baca al-Qur'an dan al-hadits untuk mengetahui tanda-tanda sehatnya hati kita. Masrilah kita berkaca kepada cermin sejarah orang-orang shalih seperti disebutkan dalam tulisan sebelumnya untuk menjadi gambaran awal tentang diri kita. Rupanya, banyak juga tugas yang harus kita kerjakan demi menjaga hati kita. Saatnya mencari laboratorium hati, dokter spesialis hati, dan sekaligus belajar teknik olahraga hati. Salam, AIM

NB. Pengajian sabtu sore minggu ini di ponpes kota Alif Laam Miim diliburkan karena sedang dilakukan pembangunan pagar pondok plus finishing gedung empat lantai. Terimakasih kepada para dermawan yang mempercayakan tabungan akhiratnya kepada kami. Semoga Allah senantiasa membalas dengan kebaikan-kebaikan yang berkelanjutan.