Berbahagialah kalau kita bisa tersenyum. Tahukah Anda bahwa ada orang yang hari ini belum bisa tersenyum, bahkan ada pula yang berminggu-minggu atau berbulan-bulan belum bisa tersenyum. Ada yang hambatan senyumnya berupa penyakit yang tak se
mbuh-sembuh sebagaimana ada pula yang penghambat senyumnya adalah tagihan hutang yang datang bertubi tak mengikuti jadwal kemauan hati.
Ada lagi orang yang tak tersenyum karena selalu berada dalam resah dan gelisah karena keinginannya terlalu berjarak panjang dengan kemampuannya sehingga tak mudah untuk tercapai. Ada lagi yang terhambat tersenyum karena di hatinya ada dendam kesumat yang berselingkuh dengan iri hati dan dengki.
Ternyata, senyum itu adalah anugerah besar yang harus disyukuri. Kata para sastrawan: "Senyum adalah lengkungan kecil di bibir kita yang mampu meluruskan kebengkokan rasa dan hati kita." Kata para ahli psikologi: "Senyum adalah aktifitas sedehana yang mampu menjadikan hidup terasa lebih bahagia dan menjadikan usia lebih bisa bertahan untuk panjang umur." Para aktivis sosial: "Senyum adalah mengikat dan perekat terbaik hubungan sosial, sementara merengut dan amarah merupakan meluntur dan peluruh cinta dalam hubungan sosial."
Tak ada yang yang tak menilai bagus makna senyuman, selama senyuman itu dilakukan dengan tulus ikhlas. Hanya karena motif terpendamlah maka senyum dinilai secara negatif. Muncullah beberapa ungkapan menyedihkan tentang senyuman, seperti: "senyummu adalah tangisku," "senyuman istri adalah tangisan dompet suami," "senyum berbisa," dan lain sebagainya.
Bagaimana dengan senyumku, senyummu dan senyum kita? Yakinkan senyum kita adalah senyum sejati, bukan senyum palsu. Lebih lanjut tentang senyum, bacalah buku "authentic happiness" karya Martin Silignman atau ikuti training kami tentang manajemen senyum. Salam, AIM, trainer senyum.