Pencerah Hati

Pencerah Hati 04 Januari 2016 11:00

  • Senin, 04 Januari 2016 11:00:00
  • Ahmad Imam Mawardi

Ada banyak pintu menuju surga. Namun sayangnya banyak manusia menunggu di depan pintu yang tertutup untuk mereka sementara membiarkan pintu yang terbuka untuk mereka. Ada banyak orang yang menunggu kaya untuk bersedekah demi surga, padahal banyak pembangunan tempat ibadah da pembangunan sarana kemaslahatan publik yang bisa dibantunya dengan tenaga dan doa. Yang terakhir ini juga pintu surga yang terbuka.

Berbuat baik kepada kedua orang tua adalah pintu surga, mencari nafkah yang halal adalah pintu surga, menyantuni fakir miskin adalah pintu surga, memasukkan rasa bahagia di hati orang lain adalah pintu surga, mencari ilmu adalah pintu surga dan bahkan membuang duri di jalanpun adalah pintu surga. Banyak hal lain yang juga pintu surga. Mari kita lakukan apa yang terbuka di depan kita tanpa menunggu pintu lain yang memugkinkan kita masuki.

Karena pintu surga begitu banyak, terlaranglah bagi kita menerakakan orang lain. Jangan-jangan orang lain yang kita "masukkan daftar" orang-orang neraka itu ternyata masuk ke surga melalui pintu lain yang tidak kita lalui dan tidak kita ketahui. Rahmat Allah begitu luas, seluas ampunan dan pemaafannya. Berupayalah supaya kita menjadi ahli surga namun jangan dengan cara berteriak keras menerakakan yang lain. Kita dicipta untuk beramal, bukan untuk mencatat amal orang lain.

Berlomba-lomba dalam kebaikan bukan dimaksudkan ikut perlombaan pameran ibadah, pameran pakaian ibadah, atau pameran keahlian bicara, melainkan upaya untuk memberikan banyak makna dan manfaat dengan ketulusan mengabdi dan melayani. Lihatlah keseluruhan hidup Rasulullah yang menebar senyum dan kasih sayang, merangkul dan mengapresiasi, mengajak dengan santun dan menghindari ejekan.

Sekarang waktunya muhasabah, mana lebih banyak antara kita tersenyum dan merengut, antara merangkul dan memukul, antara apresiasi dan depresiasi, dan antara mengajak dan mengejek. Lalu tanyakan kepada diri kita, sudahkah kita meneladani Sang Nabi Teladan? Salam, AIM