Pencerah Hati

Pencerah Hati 08 Februari 2016 08:00

  • Senin, 08 Februari 2016 08:00:00
  • Ahmad Imam Mawardi

Kita Harus Saling Menghargai

Seorang pembeli dengan nada tinggi menuntut untuk cepat dilayani dan didahulukan dari yang lainnya. Ketika transaksi jual beli selesai, dia berkomentar dengan komentar sinis penuh kritik. Sang penjual geleng kepala sambil berujar lirih: "Tak apa tak ada pembeli, kalau tipenya adalah bagai berburu mencari musuh."

Sesungguhnya tak ada yang salah dengan kata banyak orang bahwa dalam bisnis pelanggan atau konsumen adalah raja, karenanya dia harus dilayani dengan senang hati agar tak pindah ke lain hati. Namun pandangan seperti ini harusnya hanya dipegang sebagai prinsip oleh para pedagang, bukan oleh konsumen. Ketika konsumen itu kasar, sadis dan tak bersopan santun, maka dia bagaikan raja dzalim yang perlu diturunpaksakan dari kursi kekuasaannya. Itu adalah jenis raja yang mengajak bermusuhan dengan rakyatnya sendiri.

Transaksi (akad) yang baik, baik dalam bidang mu'amalah atau lainnya, adalah akad yang saling menguntungkan. Dalam konteks jual beli, penjual mendapatkan keuntungan selisih harga dari modal, sementara pembeli mendapatkan barang istimewa dengan kualitas baik. Itulah ajaran Islam yang dicontohkan Rasulullah. Kejujuran dalam akad menjadi penting. Tak baik konsumen menawar terlalu rendah karena akan menyakiti penjual. Tak baik penjual menawarkan harga terlalu tinggi di atas kualitas barang karena akan merugikan pembeli.

Sesungguhnya, setiap orang senang jika dihargai. Menghargai orang lain adalah etika Islam yang sangat dianjurkan dalam bidang apapun. Penghargaan memang tak mesti berwujud uang. Ia bisa berupa pujian, apresiasi dan dukungan. Kita harus belajar menghargai seseorang secara jujur dari dalam hati. Jika tak mampu memuji, minimum tak mencaci. Jika tak mampu mendukung, minimum tak menjatuhkan. Salam, AIM@pondok pesantren kota Alif Laam Miim, just arrived from Mertua's home