Tentang Pasar dan Kehidupan
Lama sekali isteri saya tidak pergi sendiri ke pasar tradisional. Tadi pagi disempatkannya ke sana untuk membeli sayuran-sayuran lokal untuk makanan pokok saya. Pasar itu tak bisa disebut rapi; ia sempit dan sumpek. Entah sampai kapan kondisi pasar seperti ini akan bertahan atau dipertahankan. Entah siapa yang paling bertanggungjawab dengan kebersihan, keteraturan, keamanan dan kemajuan pasar.
Meski suasana lahiriyah pasar tak begitu mendukung, namun ada kehidupan di sana, ada senyum dan tegur sapa yang sulit ditemukan di mall dan supermarket besar. Lebih dari itu, ada tanggung jawab dan cinta di sana. Tak ada mata yang tak suka keindahan, tak ada telinga yang tak senang kemerduan, tak ada hidung yang tak gemar bau harum. Namun mengapakah banyak orang datang ke pasar yang sempit tak beraturan, riuh gaduhvdan penuh bau tak sedap? Pedagang hadir karena mencari nafkah untuk keluarga, sementara pembeli hadir karena dorongan cinta pada keluarga.
Pertemuan tanggung jawab dan cinta adalah pertemuan yang akan mengabadikan sebuah hubungan. Di sinilah kehidupan pasar berpijak. Dengan rasa seperti inilah orang pasar hidup dan berbuat. Mereka yang tak punya ketulusan cinta, janganlah hafir ke pasar. Bisa dipastikan tak akan kerasan dan mengeluarkan sumpah serapah. Mereka yang tak memiliki tanggung jawab sejati janganlah berdagang ke pasar. Dipastikan tak akan bertahan lama.
Selamat untukmu wahai orang-orang pasar tradisional. Anda adalah pelestari hubungan sosial yang diwariskan nenek moyang, hubungan penuh cintacdan tegur sapa. Selamat pagi semua pengunjung pasar tradisonal, Anda adalah pendukung kehidupan orang-orang biasa yang tak memiliki kemampuan bergaya sok luar biasa. Selamat bagi pemerintah yang masih peduli dengan pasar tradisional. Salam, AIM@TETO Surabaya