POTRET NEGERI KITA
Saya menyimak acara TVOne malam Kamis kemaren melalui YouTube, acara yang bertajuk Mengawal NKRI: Memelihara Persatuan di Tahun Politik. Ada banyak hal yang perlu digarisbawahi, ada banyak data yang patut dicermati dan ada banyak fatwa yang layak direnungkan. Saya ambil dua hal saja untuk jadi perenungan kita hari ini.
Bapak Mahfud MD menekankan pentingnya etika dalam penegakan hukum di Indonesia. Tanpa etika, yang akan muncul adalah kontestasi pasal-pasal. Tanpa etika, pasal-pasal bisa diperjualbelikan, mau dikenakan pasal berapa atau mau pakai dalil yang mana? Demikian ungkapan jujur beliau. Kita sudah tahu fakta ini, namun saat diungkap secara terbuka oleh Pak Mahfud maka bagi saya itu bermakna WARNING kelas utama.
Pak Anies Baswedan memberikan komentar yang sangat cerdas atas banyaknya suara miring di media sosial yang mengkritik kebijakannya membuka akses beberapa jalan umum di Jakarta yang dianggap mengurangi keindahan Jakarta pada masa sebelumnya. Beliau berkata: "Masalah utama negeri kita adalah ketimpangan sosial." Negara ini harus dinikmati oleh semua orang, bukan hanya kelompok tertentu. Selama ini Jakarta memberi kesan hanya untuk kelompok tertentu. Kalimat Pak Anies yang mengingatkan saya kepada Khaifah Umar bin Khattab adalah: "Bagi saya, kerapian Jakarta tidaklah lebih penting dari kesamaan hak rakyat menikmati Jakarta." Rakyat yang hanya memiliki sepeda motor juga berhak menikmati jalan mulus tengah kota.
Suatu saat, ada yang usul kepada Khalifah Umar agar dibuatkan kiswah (pakaian/kain penutup) indah untuk Ka'bah. Beliau menjawab: "Bagi saya, urusan perut rakyat adalah lebih penting ketimbang itu."
Pembangunan infrastruktur memang penting. Jalan dan gedung serta fasilitas lainnya memang dibutuhkan. Namun apa makna itu semua jika rakyat kelaparan, hidupnya penuh keluhan, dan kesehariannya selalu kekurangan? Jangan sampai negeri ini menjadi bagai rumah sakit, BANGUNANNYA MEWAH TAPI ISINYA ADALAH ORANG SAKIT YANG SELALU MENGADUH KESAKITAN. Salam, AIM