RENUNGAN SIANG: "BERHATI-HATILAH DALAM MEMUJI."
Ada ungkapan menarik untuk direnungkan berkenaan dengan banyaknya iklan-iklan bombastis dalam banyak hal, mulai dari iklan wisata sampai pada iklan kampanye diri, dan lain sebagainya. Respon masyarakat sangatlah beragam, mulai dari yang terbius sampai pada taraf memujamuji setinggi langit sampai pada yang teracuni sampai pada tingkatan jengkel setengah mati. Bagaimana harusnya kita menyikapi?
Baca nasehat bijak berikut ini:
"لَا تَهْرِفْ بِمَا لَا تَعْرِفُ"
(Jangan memuji berlebihan sesuatu yang Anda belum/tidak tahu)
Dalam riwayat yang lain:
"لَا تَهْرِفْ قَبْلَ أَنْ تَعْرِفَ"
(Jangan memuji setinggi langit sebelum Anda tahu)
Nasehat tersebut di atas senada dengan selogan yang sering kita dengar: "coba dulu baru beli," atau "rasakan dulu baru komentar." Berkomentar tanpa tahu hakikat yang dikomentari adalah sebuah kecerobohan yang beresiko ketertipuan.
Bagaimana cara kita tahu? Apakah semua harus dicoba dulu? Tidak. Untuk makanan mungkin bisa dicoba dan dorsa dulu. Namun untuk calon pemimpin, jangan main coba-coba. Ketahuilah dari catatan hidupnya. Track record, bahasa populernya. Jangan berkomentar dulu sebelum tahu karakter dan nilai dari calon pemimpin yang sedang berkompetisi merebut simpati.
Dalam kaitannya dengan PILKADA, lihat dan bandingkan kemampuan nalar perpikirnya, ilmu dan pengalaman tata kelola pemerintahannya, dan kearifan serta kesantunannya dalam melayani masyarakat umum. Terakhir, ini passwordnya, mereka yang takut kepada Allah pasti akan tahut menyakiti hamba-hamba Allah. Pilihlah orang yang agamanya jelas bagus. Selamat memilih. Salam, AIM