Pencerah Hati

RISALAHKU BAGI MEREKA YANG SEDIH MENDERITA - 06 Juli 2021 15:45

  • Selasa, 06 Juli 2021 15:45:29
  • Ahmad Imam Mawardi

RISALAHKU BAGI MEREKA YANG SEDIH MENDERITA

Dalam kumpulan risalah (Majmuah Rasail) Ibnu Rajab jilid 3 halaman 144 dinyatakan: "Iman kepada takdir akan mampu menghilangkan kesedihan dan kegalauan." Pendek sekali kalimat ini, namun jika direnungkan dalam-dalam maka akan terasa begitu benar percaya kepada qada' dan qadar itu menjadi salah satu rukun dari rukun iman yang enam. Rukun iman adalah pilar keimanan yang dengannya bangunan kebahagiaan akan tegak berdiri kokoh

Orang yang yang tidak beriman kepada takdir akan selalu mengandalkan kekuatan diri mengatur jalan hidup. Sombong saat berhasil, larut dalam keluhan saat gagal. Dia lupa bahwa semua telah tertulis untuk kita jalani. Mereka yang beriman tidak akan mengandalkan usaha diri. Dia sadar batas kemampuan dirinya sendiri yang terbatas. Maka di akhir semuanya, ada senjata tawakkal yang dimilikinya. Dia pasrahkan semua akan kehendak Allah yang diyakininya adalah lebih  baik dan membahagiakan.  Menenangkan, bukan?

Kesimpulan para ulama, guru kebijakan hidup, adalah sama bahwa barangsiapa terbiasa memasrahkan urusannya kepada Allah dengan selalu baik sangka kepadaNya maka dia akan mendapatkan rasa damai dan tenang secara utuh. Apa wujudnya? Ada dua kemungkinan utama: Allah akan kabulkan pintanya atau hatinya menjadi ridla akan takdir yang dijalani. Dia tawakkal kepada Allah dan yakin bahwa Allah tidak akan menyia-nyiakan keyakinannya.

Teringatlah saya pada dawuh seorang ulama yang dalam tulisannya mengatakan: "Setelah setiap musibah besar itu bisa dipastikan  ada anugerah Tuhan yang lebih besar. Jika ujian hidup begitu panjang (lama waktunya) bagi seorang hamba, bisa jadi itu adalah pertanda adanya akhir nan indah setelah itu. Mengapa? Karena menurut kaidah kehidupan, di balik satu kesulitan besar itu ada dua kemudahan besar."

Sungguh kalimat-kalimat ini memotivasi saya, mendinginkan hati saya. Semoga juga bermanfaat untuk semua pembaca, terutama yang sedang tak henti-hentinya menjerit karena pahit getirnya jalan hidup. Sabarlah, tenanglah, Allah tahu semuanya dan Allah adalah Tuhan kita. Salam hormat, Ahmad Imam Mawardi, Pondok Pesantren Kota Alif Laam Miim Surabaya