SUDAH TAK ADA BUDAK, APAKAH AYAT TENTANG BUDAK TAK BERGUNA LAGI?
Judul di atas adalah pertanyaan kritis dari seorang santri yang rajin sekali membaca buku. Dia yakin bahwa ayat al-Qur'an adalah memiliki makna yang sangat dalam dan berfungsi luas serta universal. Namun kemudian pikirannya terganggu dengan ayat tentang budak. Kini tidak ada lagi budak, lalu apa fungsi ayat budak dalam al-Qur'an?
Saya sampaikan bahwa ayat tentang budak sangatlah menarik untuk dibahas. Ada banyak jawaban untuk pertanyaan tersebut di atas. Namun kali ini saya akan memilih hal ringan saja, yaitu bahwa meski budak atau perbudakan sebagai institusi sudah tak ada lagi saat ini, namun perilaku memperbudak orang lain masih begitu banyak dan kerap kita dengar.
Mempekerjakan orang lain tanpa upah yang jelas, atau dengan upah yang tak wajar atau bahkan tanpa upah sama sekali adalah salah satu jenis memperbudak manusia. Ada atasan atau bos atau juragan yang menjadi "penghisap darah dan keringat" bawahan, staf atau karyawannya. Sungguh hal yang seperti ini adalah tercela dalam pandangan agama.
Mengapa Rasulullah memerintahkan agar membayar ongkos kerja sebelum kering keringat sang pekerja itu? Karena ada hubungan erat antara pembayaran upah dengan harga diri dan nilai kemanusiaan. Semakin kita menghargai nilai kemanusiaan, maka semakin mulia dan terhormat kita dalam pandangan syariat.
Jangan biarkan hak orang lain itu ada pada kita. Jangan sampai ada orang datang kepada kita mengemis agar haknya dipenuhi oleh kita karena hal ini bemakna kita tidak menghargai nilai kemanusiaan. Ini juga masuk dalam katagori memperbudak orang lain.
"Bahagia di atas derita orang lain" biarlah hanya menjadi bait lagu, jangan sampai menjadi prinsip dan kesukaan kita. Bahagia semacam itu tak akan lama akan runtuh dan berganti penderitaan tanpa ujung. Hentikan perbudakan dan sikap memperbudak orang lain. Hormati orang lain dengan memenuhi hak-haknya. Tersenyumlah bersama-sama, jangan tersenyum sendiran. Salam, AIM@Blitar