Pencerah Hati

SURATAN TAKDIR SIAPA YANG TAHU? - 27 Mei 2021 04:55

  • Kamis, 27 Mei 2021 04:55:38
  • Ahmad Imam Mawardi

SURATAN TAKDIR SIAPA YANG TAHU?

Seorang professor cerdas baik hati sedang terus bertarung dengan penyakit yang dideritanya. Hidup beliau disiplin sekali, jam tidur, jam makan, jam kerja dan jam olahraga tertata rapi sedari kecil. Olah raganya adalah pencak silat, beliau gesit sekali dalam bergerak dan bekerja. Saya pertama kali mengenal beliau saat saya tiba di McGill University Canada. Saya studi S2, beliau sudah S3 tahap penyelesaian disertasi. Beliau yang memberikan lemari buku dan mesin fotokopi kepada saya. Baik sekali beliau mengajari dan membimbing saya. Demikian pula keluarga dan puterinya.

Kata guru saya: "Jangan pernah engkau melupakan orang yang pernah berjasa kepadamu walau jasanya sangat kecil." Sang professor yang saya ceritakan ini jasanya sangat besar. Bukan hanya bimbingannya selama saya di Canada, beliau juga yang menjadi promotor disertasi saya. Beliau juga yang menerjunkan saya untuk melanjutkan pengajaran pencak silat kepada murid bulenya yang minta diajari kanuragan di Canada dulu. Sungguh kenangan yang tak bisa dilupa.

Tak ada yang menduga beliau akan sakit seperti sekarang ini dalam waktu yang sangat panjang. Namun, sebagai catatan, akal dan hati beliau tidak ikut sakit. Diskusi keilmuan masih jalan dengan lontaran berbagai teori yang dihapalnya. Tentang penyakitnya beliau berkata: "Allah mengajari saya untuk lebih dekat denganNya. Saya siap kapan saja dipanggilNya." Kepada seotang teman terakrabnya beliau tadi berkata: "Semoga kita bertemu di surga ya." Mengisyaratkan bahwa di dunia ini semua kita adalah sementara.

Saya meneteskan air mata mendengar kisah kondisi beliau saat ini. Semoga Allah senantiasa menampakkan hikmah di balik ujiannya itu. Jalan takdir tidak ada yang menduga. Ini berlaku untuk semua kita. Tugas kita adalah mempersembahkan yang terbaik yang kita bisa lakukan selama hidup. Kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi nanti, besok, lusa dan masa-masa yang akan datang. Yang harus kita lakukan adalah bersyukur atas nikmat dan bersabar atas musibah. Jangan sombong atas nikmat, jangan putusasa atas musibah.

Ada yang bertanya mengapa orang sebaik beliau, secerdas beliau, sedisiplin dan seteragur beliau bisa sakit sementara orang yang hidupnya gak teratur bisa sehat tidak sakit-sakitan? Saya malas menjawab dengan jawaban panjang. Saya jawab saja dengan jawaban pendek: "suratan takdir." Tugas kita jika sakit adalah menjalani dengan sabar dan ridla, tugas kita yang sehat adalah empati kepada yang sakit dengan menjenguk (walau pakai media online) dan mendoakannya. Ada poin penting di balik menjenguh orang sakit dan mendoakannya.

Semoga segera sehat, Prof. Semoga semua pembaca juga diberikan kesehatan dan perlindungan oleh Allah. Allah Mahabaik, Mahapenyembuh Mahamrlindungi. Salam, A. I. Mawardi