TAK SEMUA ORANG BIJAK ITU DISUKA, ADA BANYAK YANG HARUS MENANGGUNG DUKA
Orang baik akan senang bersama orang yang baik, terutama yang bersemangat untuk memperbaiki keadaan. Sementara itu orang tak baik akan memusuhi mereka yang bersemangat memberbaiki keadaan itu. Tak jarang orang bijak yang peduli keadaan justru harua menjadi korban yang harus menanggung duka.
Sejarah mencatat banyak kisah yang membuktikan kebenaran narasi di atas. Socrates, guru dari Plato (gurunya Ariatoteles), dibunuh karena terlalu peduli pada kondisi masyarakat yang hidup berlebihan. Socates selalu teriak-teriak di khalayak ramai mengingatkan mereka agar tak bergaya hidup berlebihan. Bagi Socrates, mengikuti keinginan tak kan habis-habisnya dan akan berujung derita. Teringatlah saya pada kata-kata Mahatma Gandhi: "Dunia bisa memenuhi kebutuhan setiap orang tetapi tidak bakal bisa memenuhi keinginan yang berlebihan dari seorang manusia."
Cerita tentang dibunuhnya Socrates mengundang kontroversi. Ada pula yang menyatakan bahwa dia dibunuh karena pikirannya merusak pikiran orang lain. Begitulah dunia, semua orang memiliki tafsir sendiri-sendiri. Namun, bukan ini yang ingin saya kisahkan. Semua ulasan tadi hanyalah srbuah pengantar menuju dialog isterinya dengannya di detik-detik kematiannya.
Isterinya menangis sedih saat para petugas menggiring suaminya untuk mati. Isterinya menatapnya dengan tatapan akhir sebuah perpisahan. Socrates bertanya: "Mengapa menangis?" Dia menjawab: "Suamiku, engkau dibunuh secara dzalim." Socrates menjawab dengan tenang dan lembut: "Apakah engkau ingin aku dibunuh dengan adil?" Dibunuh dengan adil akan bermakna bahwa Sorates adalah yang salah dan layak dihukum mati.
Dalam posisi benar, "takut" tak memiliki panggung. Yang muncul adalah "berani" dengan segala resikonya. Hidup pasti ada ujian. Socrates berkata: “The unexamined life is not worth living.” Salam, AIM@Wisuda Lirboyo, Kediri