UCAPAN ITU HARUS BERISIKAN NILAI AGAR TIDAK MEMBAWA PETAKA
Berbicara adalah aktifitas semua manusia yang masih hidup. Berbicara adalah salah satu bentuk komunikasi terpenting manusia dengan lainnya. Komunikasi yang baik adalah komunikasi yang pesannya dapat diterima dengan baik. Apakah semua pesan bisa diterima dengan baik? Tentu saja tidak. Sangat tergantung pada siapa yang berbicara, kapan dan bagaimana dia berbicara dan faktor lainnya.
Dalam al-Qur'an ada istilah qawlan tsaqiilaa (ucapan yg berbobot), qawlan syadiida (ucapan yg tepat sasaran), qawlan kariimaa (ucapan yg menyejukkan memuaskan) dan qawlan layyina (ucapan yg lembut). Tentu istilah tersebut adalah untuk komunikasi atau ucapan yang sukses dan bernilai. Siapakah yangvmemilikinya?
Semua itu hanya dimiliki oleh orang yang ucapannya dibungkus dengan tawhid dan keikhlasan, bukan oleh nafsu dan emosi. Komunikasi srperti itu hanya dimiliki oleh mereka yang hubungan hatinya dengan Allah begitu kuat sehingga dalam berbicarapun mereka mendahuluinya dengan menyebut nama Allah, perasaan bertanggungjawab kepada Allah dan sebagai bentuk pelaksanaan perintah Allah.
Ada orang yg omongannya banyak, tapi tak berbekas dan bahkan justru menjadi pemantik perlawanan dan permusuhan. Ada orang yg tak banyak bicara, tapi sekali bicara menjadi pegangan orang yg mendengarnya. Apa yang membedakan mereka? Ternyata yang membedakan adalah hati orangvyang berbicara itu. Tingkatkan tawhid dan keikhlasan. Tatalah hati sebelum bicara, periksalah niat sebelum lontarkan kata dan bertanggung jawablah atas kata yang telah terucap. Jika tidak, petaka kan tiba sebagai akibat. Salam, AIM