UMMI, SEMOGA SENANTIASA DAMAI DI SISINYA BERSAMA ABAH TERCINTA
Setahun yang lalu, di musim haji seperti ini, adikku video call saya mengabarkan keberpulangan ummi ke rahmatullah. Wajahnya terlihat damai sedamai hati anak-anaknya saat dielus, dipeluk dan dicium. Beliau menyusul abah tercinta yang kembali kepada Allah 3 tahun sebelumnya. Dua-duanya adalah guru dan pahlawan kami yang berhak atas tetesan air mata kami anak-anaknya.
Iya. Jangan teteskan air mata untuk orang yang tak pernah mau mengerti hati kita serta rahasia mulia di balik air mata itu. Ummi dan abah adalah orang yang paham akan suara hati kami sebelum kami menangis dan meminta. Maka adakah yang lebih berhak mendapatkan cinta melebihi kepada beliau?
Ummi, kami kangen senyummu, kangen nasehat dan teguranmu yang tulus ikhlas untuk kami. Kami rindu disuapi saat makan seperti saat kecil dulu. Di bawah kakimu ada surga kami, di dua belah tanganmu ada mutiara doa penghantar kami menggapai bahagia.
Ummi, ananda ingat sekali kebiasaan ananda saat selesai thawaf. Selalu nanda telpon ummi dan abah untuk memohon ridla. Kini, siapa yang harus ku telpon dari depan ka'bah? Ah, nanda hanya bisa berdoa semoga ummi damai disisiNya bersama ayahanda.
Ummi dan Abah, pandanglah ananda dari alammu. Semoga yang kulakukan membahagiakanmu. Maafkan anakmubyang nakal ini, yang belum berbalas budi. Doa kami selalu untukmu, ummi dan abah tercinta. Salam, AIM