AWLAWIYYAT, SKALA PRIORITAS, DAN PILIHAN KITA

Salah satu cara syetan mengecoh manusia adalah dengan menyibukkan manusia dengan hal baik sampai dirinya lupa atau enggan melakukan sesuatu yang lebih baik. Ini adalah model godaan syetan pada orang yang pangkat keberagamaannya lumayan tinggi. Untuk manusia kelas biasa, syetan cukup mempersibuk mereka dengan hal yang tiada guna demi supaya kehilangan waktu untuk melakukan yang berguna. Untuk kelas di bawahnya, syetan mempersibuk manusia dengan hal yang diharamkan sehingga selalu tak ada waktu melakukan yang diwajibkan.

Hidup ini sesungguhmya adalah masalah pilihan-pilihan. Setiap saat kita bebas memilih apa yang akan dikerjakan, kemana akan berangkat, apa yang harus dipilih, dimakan dan diminum serta apa yang akan dipakai. Manusia pilihan adalah manusia yang mampu memilih mana yang paling disukai oleh Allah dan Rasulullah, mana yang paling mengantarkan dirinya pada kemaslahatan hakiki dan mana yang tidak.

Kalau begitu maka kita harus selalu cerdas membuat skala prioritas, mana pilihan yang rangking teratas, kemudian pilihan apa dan berikutnya pilihan apa. Tanpa memiliki skala prioritas, kita biasanya akan lebih mudah marah dan kecewa atas beberapa peristiwa kehidupan yang dijalani. Tanyakan dan pahami apa yang terpenting yang harus dijadikan pilihan.

Walaupun kita telah memiliki pilihan yang kita anggap prioritas tertinggi, kita harus menyadari bahwa kadang Allah memilihkan kita sesuatu yang lain. Haruskah kecewa? Jangan. Yakinlah bahwa pilihan Allah adalah yang terbaik. Karena itulah maka kita selalu perlu meminta pilihan, petunjuk dan bimbingan kepada Allah akan jalan kehidupan yang kita tempuh. Sayangnya, banyak di antara kita yang merasa lebih tahu dari pada Allah sehingga maunya adalah mendekte Allah. Agh, siapalah kita?

Bulan suci Ramadlan agan segera tiba. Ada banyak pilihan amal yang bisa kita pilih dan lakukan. Sudahkah membuat skala prioritas? Semoga Allah memudahkan kita memilih melakukan yang terbaik. Ukuran utamanya adalah dalil dan kemaslahatan. Salam, A. I. Mawardi