Pencerah Hati

BELAJAR HIDUP DARI SANG PENJUAL JAMU (7) - 11 Desember 2020 10:44

  • Jumat, 11 Desember 2020 10:44:35
  • Ahmad Imam Mawardi

BELAJAR HIDUP DARI SANG PENJUAL JAMU (7)

Suatu malam saya berkunjung ke rumah RBS sang penjual jamu itu. Tak ada yang berubah pada raut wajah dan cara menyambut saya dan para tamu lainnya, penuh senyum dan sapa akrab. Setelah kami duduk barulah tampak ada yang beda, beliau memakai arloji batu dan terlihat mewah. Padahal biasanya beliau selalu memandang arloji mahal dan murah itu sama saja asal bisa berjalan normal.

Beliau tersenyum melihat para tamu melirik arloji beliau. Lalu kepala humas pondok yang juga ikut bertanya merek arloji itu. Beliau membuka arlojinya dan menggilirkan kepada para tamu yang hadir. Mereknya top, hanya para menteri dan pengusaha besar yang biasa memakainya. Beliau berkata: "Itu baru tiba sore ini, dikirim orang paling besar di negara kita ini." Kami terperangah lalu mendiskusikan kedekatan beliau dengan para pembesar negeri ini.

Didekati dan dimuliakan orang besar itu sering kali menjadi harapan banyak orang. Ada banyak yang rela mempersembahkan semua waktu dan tenaganya untuk melayani sang pembesar. Ada yang sampai berusaha keras menjilat dan memuji melampaui batas kewajaran. Ada yang mempertaruhkan nyawanya untuk sang pembesar. Bagaimanakah kisah RBS sang penjual jamu ini dekat dan akrab dengan orang-orang besar itu?

Teringatlah saya pada dawuh seorang ulama pujangga Syekh Ali Thanthawi: "Siapa yang ingin orang-orang yang lebih besar dan lebih kaya darinya lunak dan patuh padanya, maka layanilah orang-orang yang lebih lemah dan lebih miskin darinya." Sepertinya, inilah yang diamalkan RBS sang penjual jamu itu.

Sedari kecil RBS terbiasa melayani semua masyarakat yang membutuhkan jamu yang dijajakannya. RBS tak pernah memilih konsumen. Siapa saja yang Allah hadirkan ke hadapannya, semua dilayani dengan suka hati. Dapat disimpulkan bahwa melayani orang-orang kecil nan lemah itu ternyata mengangkat derajat kita. Sementara banyak di antara kita yang lebih suka melayani orang-orang besar agar "kecipratan" sesuatu.

Tulisan ini bukan untuk menghasut agar kita tak melayani orang-orang besar nan kaya. Tulisan ini hanya ingin menyadarkan bahwa orang kecil dan lemah itu memiliki Tuhan, mungkin lebih dekat dengan Tuhan karena setiap hari melaporkan hidupnya kepada Allah. Jagalah hati kita agar tetap memiliki welas asih pada sesama. Itulah satu yang kami pelajari dari RBS malam itu. Sungguh kangen ketemu lagi dengan beliau sang penjual jamu ini. Ada yang mau ikut? Jangan lupa konsumsi jamu yang beliau racik secara higienis dibungkus dengan kekuatan doa. Salam sehat DNA, AIM