PEREBUTAN YANG MENYENGSARAKAN HATI
"Selama Anda berebut apa yang ada di tangan manusia, maka Anda selalu saja berada dalam ketaknyamanan konflik dengan orang lain." Demikian kata sang guru di suatu pagi. Perebutan bisa jadi obyeknya adalah perhatian, harta, pangkat jabatan atau juga lainnya. Lihatlah kini begitu banyak fitnah dan pembunuhan karakter seseorang yang dilancarkan demi menjatuhkan martabat lawan.
Perebutan itu melahirkan iri hati dan dengki, memunculkan kebencian dan permusuhan, pada akhirnya mengantarkan pada kegalauan dan kesedihan. Sikap tenang, damai, bahagia dan cinta hanya dimiliki oleh mereka yang memiliki ketulusan hati dan kebersihan jiwa.
Apakah orang yang berkompetisi secara negatif dengan melancarkan isu negatif dan fitnah kejam akan menjadi pemenang kompetisi itu? Bisa jadi secara dzahir jawabannya adalah "iya." Namun, secara hakiki jawabannya adalah "tidak." Bertebaran dalil yang menyatakan bahwa bahwa Allah pasti menolong hambaNya yang ikhlas, bertakwa dan bertawakkal padaNya. Dalil ini tak bisa dibantah dan tak akan pernah berubah. Waktu akan memaparkan hakikat sejarah, melampaui apa yang tertulis dengan penuh rekayasa.
Biasakan mengapresiasi prestasi orang lain. Belajarlah untuk ikut bahagia dengan kebahagiaan yang Allah titipkan kepada orang lain. Kalau kita sedih melihat orang lain lebih kaya dan mulia dibandingkan dengan kita, ini beratyi ada penyakit kronis di hati kita yang harus kita obati. Jika tidak, maka ia akan menjadi penghalang bahagia.
Kejayaan dan kemuliaan hakiki itu adalah kejayaan dan kemuliaan menurut Allah, bukan menurut manusia. Kita harus belajar melepaskan diri dari mengemis iba pujian dan kekaguman manusia di dunia ini. Semua akan musnah. Lebih dari itu, sungguh kita tak punya kuasa membolak-balikkan hati manusia dan mengatur mulut serta jemari manusia. Cukuplah berebut ridla Allah, cukuplah mengharap pujian Allah. Salam, AIM