Pencerah Hati

BELAJAR HIDUP KEPADA SANG PENJUAL JAMU (12) - 24 Desember 2020 08:15

  • Kamis, 24 Desember 2020 08:15:04
  • Ahmad Imam Mawardi

BELAJAR HIDUP KEPADA SANG PENJUAL JAMU (12)

Tamu dari berbagai kalangan dan berbagai warna kulit satang silih berganti. Beberapa malam yang lalu, saya bertugas mengantarkan manusia cwrdas kreatif dari Malang dan Probolinggo untuk bertemu RBS, sang penjual jamu itu. Perbincangan mengalir mulai hal ringan yang memancing tawa sampai pada hal berat yang menghatuskan kami mengernyitkan dahi.

Para tamu khusus ini diajak RBS mengunjungi ruangan khusus yang penuh dengan bahan jamu, lalu dijelaskanlah bebetapa hal prinsip teknologi perjamuan milik RBS, teknologi hang menggabungkan gaya langit dan gaya bumi, kerjanya hati dan kerjanya badan. Lalu RBS mengajak kami berdiakusi tentang perlunya niat tulus ikhlas karena Allah dalam bekerja untuk kemanusiaan. "Inilah puncak nilai keberagamaan," kata RBS. Percuma pintar dan kaya kalau curang dan culas serta hanya berpikir tentang perut sendiri saja.

Seperti biasa, RBS bercerita kisah hidupnya mulai dari saat menjadi pemulung, tukang becak, pedagang asongan dan lainnya dengan segala suka dukanya. Hidup yang penuh warna pada akhirnya tetap tampak lebih indah dibandingkan hidup dengan satu warna. Namun, bagi saya yang selalu saja setia mendengar kisah RBS, selalu saja penasaran karena ada warna yang belum ditampakkan secara jelas kepada kami.

Malam semakin larut, obrolan semakin serius. Menjadi semakin serius saat RBS bertanya kepada para tamu apakah hati dan rasa ikut bershalat saat kita shalat. Ataukah yang berdiri dan duduk dalam shalat hanyalah raga ini saja? RBS hang lulusan S5 (SD kelas 5) lalu berbicara tentang hakikat shalat menurut pengalaman beliau. Kalau kita shalat dengan sebenar-benarnya shalat, maka tercegahlah kita dari perbuatan keji dan mungkar. Nah, sesuai dengan bunyi al-Qur'an, bukan?

Kepada tamu khusus dati Proboinggo dan Malang ini, beliau mengajak untuk bersama-sama berbuat untuk agama dan kemanusiaan melalui jamu ini. Belajarlah untuk terus bersyukur dan tidak mengeluh, maka hidup akan semakin indah. Bunga indah berwarna warni dan tumbuh berkembang sendiri dengan kehendakNya.

RBS lalu menunjukkan salah satu keajaiban di hadapan kami. Para cendikiawan yang saban hari bergelut dengan teori dan laboratorium hanya bisa melongo dan geleng kepala setengah tak percaya dengan yang dilihat mata. Berbahagianya mereka saat hal itu diberikan kepada mereka untuk disimpan. Apakah itu? Sebentar ya, saya harus keluar dulu. Salam, AIM