Pencerah Hati

BELAJAR HIDUP PADA SANG PENJUAL JAMU (14) - 27 Desember 2020 07:32

  • Minggu, 27 Desember 2020 07:32:11
  • Ahmad Imam Mawardi

BELAJAR HIDUP PADA SANG PENJUAL JAMU (14)

Ada banyak kisah yang sebenarnya ingin saya tulis berdasarkan cerita nyata hidup RBS, sang penjual tamu itu. Semalam kami bersyukur mendapatkan waktu cukup leluasa berbincang dengan beliau. Tak ada tamu di rumah beliau. Mungkin banyak yang sedang liburan. Saya dan istri kebetulan tak punya acara liburan khusus, kami bertugas menjaga pondok karena santri sedang libur bersama. Saya sempatkan selalu sowan ke RBS ini. Asyik ngobrol dengan beliau, 3 jam tidak terasa.

Salah satu kesimpulan penting beliau dari pelajaran hidup yang dialami adalah bahwa yang menjadi salah satu penyebab utama derita manusia di dunia ini adalah PENGAKUAN DIRI. Orang yang ingin diakui sebagai orang kaya, orang penting, orang hebat atau lainnya dapat dipastikan akan mengalami derita. Jalani saja hidup ini sebagai skenario Allah yang harus dijalani, maka semua kisah adalah sebuah keindahan.

Orang yang mengaku memiliki ini dan itu dan mengklain semua yang ada pada dirinya itu adalah miliknya pasyi juga akan menderita. Yang bahagia dan tenang pikiran adalah orang yang berkeyakinan kuat bahwa semua adalah milik Allah, sementara kita manusia hanyalah menerima titipan. Ada dua kemungkinan dari apa yang ada pada kita; hilang lenyap meninggalkan kita atau kita meninggalkannya. Apa tidak menderita jika pengakuan kepemilikan itu ada dalam hati kita.

Lalu RBS bercerita tentang tanahnya 3 hektar yang "diserobot" orang, uang sekitar 2 trilyun yang dicurangi orang, serta jatuh miskinnya RBS sampai ke titik nol karena doanya kepada Allah supaya segera dimiskinkan terkabul beneran. RBS tetap saja seorang RBS yang tak mau berubah karena kondisi ekonomi berubah, karena baginya semua yang ternyadi adalah dari Allah, milik Allah dan untuk Allah.

Sambil tersenyum beliau berkata bak seorang pujangga: "Kuucapkan selamat menderita kepada setiap orang yang senang mengaku dan mengharapkan pengakuan di dunia ini." Saya tepuk tangan sambil berdiri. Standing applause, istilah Inggrisnya. Kami tersenyum bersama sebelum melanjutkan kisah ajaib lainnya. Salam, AIM