Pencerah Hati

BELAJAR HIDUP PADA SANG PENJUAL JAMU (15) - 31 Desember 2020 13:08

  • Kamis, 31 Desember 2020 13:08:16
  • Ahmad Imam Mawardi

BELAJAR HIDUP PADA SANG PENJUAL JAMU (15)

Sering kita dengar kata banyak orang bahwa "bakat" seseorang iyu seringkali muncul dan gampak saat yang bersangkutan berada dalam keadaan kepepet. Kalimat ini muncul unyuk mendeskripsikan seseorang yang terpaksa bekerja apa saja demi untuk mempertahankan hidup. Para trainer menyebut keadaan ini sebagai "the power of kepepet."

RBS, sang penjual jamu yang menjadi pelaku tunggal kisah berseri ini, adalah contoh terbaik untuk hal tersebut di atas. Karena kepepet demi hidup RBS lama sekali menjalani lakon sebagai tukang bejak, pencari kodok hijau demi membayar becak sewaan yang tergadaikan, pedagang bakso mie nasi goreng, pemulung sampah dan lainnya. Tentu tak akan ada anak SD yang mau menuliskan cita-citanya dengan pekerjaan seperti itu. Aslinya, RBS juga tak akan menuliskan cita-cita hidup seperti itu. Namun, keadaan dan kenyataan hidup sungguh memaksa RBS menjalani apa yang telah tercatat dalam catatan takdir baginya. RBS menyebutnya dengan cerita hidup yang menjadi guru alam yang membentuk karakternya kini. RBS yak menyesalinya, bahkan mensyukurinya dan menceritakan kisah hidupnya yang "malang" itu dengan penuh bangga.

Semalam saya baru mendengar kisah hidupnya yang membuat kami kasihan tapi juga ngakak berat. Kisah yang dimaksud adalah episode RBS saat menjual empek-empek Palembang di Karang Pacar Bojonegoro. Gagal menjadi tulang becak sukses mengantarkan pikirannya untuk berputar haluan berpindah pada pekerjaan lainnya. Allah berbaik hati mengantarkan pada pekerjaan baru ini dengan mengetuk hati seorang hambaNya untuk memberikan sepeda pancal kepada RBS. Bukan sepeda baru dan bagus, namun masih bisa jalan jika didorong. Sepeda ini diperbaikinya sendiri, lalu dibuatkan rombong untuk jualan empek-empek. Siapa tahu ada nasib mujur di pekerjaan barunya ini.

Tugas RBS hanyalah membuat bumbu cuka plus gula merah untuk empek-empek itu serta mengedarkannya. Bahan lainnya adalah dari yang pembuat empek-empek yang dianggap RBS sebagai bos baru. Malang tak dapat ditolak, empek-empek itu tak begitu laris. Empek-empeknya keyika sudah mendingin bisa terlalu keras sehingga sulit digigit dan dikunyah. RBS tak patah semangat, masih terus berharap siapa tahu nanti ada rombongan manusia supermen dengan gigi kuat yang berkenan membeli empek-empek keras itu. Hahaa, semangatnya bagus sekali, bukan?

Supermen tak kunjung hadir, namun tiba-tiba ada seorang nenek tua yang ingin membeli empek-empek itu. RBS betpikir, jangan-jangan ini adalah neneknya supermen. Dibuatkanlah semangkok empek-empek untuk nenek itu. Ternyata musibah tak diduga tiba, gigi depan nenek itu terlalu rapuh melawan empek-empek keras itu. Saat gigitan pertama saja, gigi nenek itu tanggal alias copot. Nenek berteriak, mulutnya berdarah, anak-anak muda di sekitar tempat iyu menoleh dan bertanya kepada nenek, ada apa dengannya. Nenek yang menahan sakit gigi itu tak menjawab dengan kata-kata melainkan menudingkan telunjuknya pada RBS. Anak-akan muda itu mengira nenek itu dikibuli dan dianiaya RBS. RBS dikejar lalu dipukuli beramai-ramai tanpa dimintai penjelasan.

Wajah RBS lebam. RBS menuntun sepedanya lalu duduk menyendiri merenungi nasib sambil bergumam: "Yang diharap adalah keuntungan demi melanjutkan hidup, yang didapat adalah pukulan sebagai pelajaran hidup." Kami sedih mendengar kisah ini, namun kami juga tertawa melihat gaya RBS bercerita dengan bangga. Kami membayangkan gigi nenek itu, dan membayangkan betapa para anak muda yang memukul RBS tanpa tahu masalah itu akhirnya kan menyesal.

Pelajaran apa yang bisa diambil dari kisah di atas? Tetaplah bersemangat dalam hidup, teruslah berbaik sangka kepada Allah karena pasti ada hikmah di balik semua peristiwa. Teruslah berjalan dan jangan putus asa. Salam, AIM