BELAJAR HIDUP PADA SANG PENJUAL JAMU (16)
Malam tahun baru biasanya masyarakat terutama anak-anak muda meramaikan jalanan dan tempat hiburan. Semalam tidaklah biasa. Virus corona berhasil memaksa sebagian besar mereka untuk stay at home, tinggal di rumah. Kalau kami sekeluarga biasanya setiap malam tahun baru biasa kumpul-kumpul di pondok sambil bakar ikan dan lain-lain. Bersyukur sekali tadi malam RBS sang penjual jamu bergabung bersama beberapa pasukannya. Ada kesempatan berbicara panjang tentang virus kehidupan dan kiat memproteksi diri darinya. Tidak hanya tentang virus corona, namun juga tentang virus hati, virus perasaan, virus penghancur keyakinan.
RBS setengah tersenyum saat kami hidangkan empek-empek Palembang. Teringat kisah diri saat menjual empek-empek yang menyebabkan rontoknya gigi nenek di kisah sebelum ini. "Ini baru empek-empek yang asli," dawuh beliau membahagiakan kami sebagai tuan rumah. Memang kita harus bisa mengapresiasi atau membahagiakan orang lain. Dengan cara inilah kita akan diapresiasi dan dimuliakan. Upayakan jangan sampai menghina apapun, apa lagi kita tak tahu ada rahasia apa di balik sesuatu yang kita hina itu.
Renungan singkat dan santai mengalir satu-satu dari RBS, mulai kesejatian hidup yang pasti penuh ujian. Jangan pernah sombong saat jaya karena sangat mungkin bahwa setelah jaya lalu terjatuh dalam bahaya. Pun jangan pessimis saat kehidupan berputar ke arah bawah, karena bisa jadi setelah itu kembali berputar ke arah atas. Cukup jalani saja dengan penuh sahaja.
Tentang virus corona RBS berkomentar bahwa karena kehidupan ini ada yang mengatur dan memantau, yakni Allah, maka kita tak perlu terlalu waswas dan panik. Allah Mahatahu bagaimana cara menghentikan corona ini. Allah Mahatahu apa obat dan pencegahnya. Masalahnya kini tinggal satu, yaitu sudahkah kita bertanya serius kepada Allah tentang obat atau ramuan untuk corona ini? Virus kekurangdekatan kita kepada Allah adalah jauh lebih berbahaya ketimbang virus corona. Kami terkesima dengan penjelasannya. Lulusan SD kelas 5 berbicara dengan struktur logika keagamaan yang apik.
Kuasa Allah, tak lama dari perbincangan tentang ramuan untuk corona ini muncullah beberapa telpon dan video call serta wa tentang orang-orang yang sudah positif menjadi negatif. RBS berkata lirih: "Allah yang atur melalui kekuatan doa." Jangan pernah meremehkan doa karena dalam doa itu ada kekuatan yang tak terlihat oleh mata kepala. Kira-kira itu poinnya.
Kami sharing cerita-cerita unik. Masing-masing kita memiliki kisah. Indah sekali pertemuan tadi malam, bisa belajar hidup dari pengalaman banyak orang. Lalu RBS menutup pertemuan dengan membahas tentang rahasia dan power di balik surat al-Fatihah. Mengapa al-Fatihah menjadi surat yang wajib dibaca dalam shalat. Mengapa dalam setiap pertemuan atau pengajian selalu dimjlai dengan "al-fatihah?" Tidak kita dengar kan pertemuan dimulai atau diakhiri dengan al-Baqarah? Ada apa dengan al-Fatihah? Kami sangat serius menyimak penjelasan versi sang penjual jamu. Salam, AIM