BELAJAR HIDUP PADA SANG PENJUAL JAMU (17)
"Hidup kita ini sejatinya adalah pelajaran bagi kita. Orang yang cerdas, semakin berusia, harusnya akan selalu berproses menjadi lebih baik." Demikian kesimpulan perbincangan saya dengan RBS di suatu senja. Pelajaran kehidupan hampir sama dengan pelajaran di sekolah kita, ada yang mudah dan ada juga yang sulit, ada yang sesuai dengan harapan dan bakat kita serta ada yang tidak. Mau tidak mau semua itu harus dilalui karena Allah Sang Pengatur hidup memiliki rencana indah penuh hikmah di balik semua pelajaran hidup itu.
Sementara itu, ada pertanyaan: "siapakah guru pelajaran hidup itu?" Kami sepakat dengan jawaban para bijak bahwa siapapun dan bahkan apapun sesungguhnya bisa menjadi guru kita. Dari orang baik kita belajar bahwa kebaikan itu penting, terpuji dan indah; dari orang jahat kita belajar bahwa kejahatan itu sia-sia, tercela dan buruk akibatnya. Dari orang tua kita belajar banyak kisah manis pahitnya kehidupan; dari anak kecil kita belajar tentang makna ketulusan.
Beberapa pembeli kacang rebus di alun-alun belajar dari penjual kacang rebus, seorang nenek tua, tentang bagaimana cara berbuat adil dan membahagiakan orang lain. Setiap pembelian 1 kg kacang rebusnya, selalu saja si nenek menambahkan timbangannya 200 g. Ketika ditanya mengapa? nenek itu dengan tersenyum berkata: "Cadangan, takut di antara 1 kg yang dibelinya itu ada yang tak berisi, yang cacat, atau tak bernas. Lebih baik saya yang rugi ketimbang orang lain. Toh tak ada kata rugi bagi yang berbaik hati membahagiakan orang lain. Allah memantau kita terus, kok." Duh, nenek ini, luar biasa.
Jawaban senada saya dengar dari penjual jamu kita, RBS, saat dicurangi orang-orang dalam penjualan jamunya. Ada yang sengaja menipu, ada yang terpaksa tidak bayar, ada yang membawa lari produk dan lain sebagainya. Saat ditanya respon beliau, beliau menjawab santai: "Yang mau menipu saya ya silahkan saja. Toh itu barang ya barang saya, uang itu juga hak saya. Mereka cuma memikul bebannya. Nanti tetap dikembalikan kepada saya oleh Allah." RBS santai-santai saja. Nah, bisakah kita berguru bersikap seperti ini dalam kehidupan kita yang penuh dengan warna ujian ini?
Secara teori, orang yang sering ditipu, uangnya akan segera habis dan akhirnya jatuh miskin. Tapi faktanya, ada banyak yang semakin ditipu malah semakin jaya dan kaya. Rahasianya hanya satu, kata RBS: "Sabar dan ridla (menerima) apa yang menjadi jalan hidup." Teringatlah saya pada beberapa penjelasan dalam kitab bahwa orang yang sabar dan ridla itu menjadi kekasih Allah, jangan dimusuhi dan dicurangi. Yang pasti hancur adalah yang memusuhi dan mencuranginya. Hanya masalah waktu, tunggu saja bukti kebenarannya. Nah, masih mau curang dan menipu? Bertobatlah dan minta maaflah. Salam, AIM