BELAJAR MENIKMATI HIDUP DARI SEORANG KAKEK BIJAK
Kakek yang satu ini memang unik. Ke manapun pergi dan di manapun berada terlihat enjoy saja. Bukan karena kakek ini tak punya masalah. Memang siapa sih yang hidup tanpa masalah. Pegadaian saja yang beriklan "menyelesaikan masalah tanpa masalah" ternyata juga bermasalah dan menimbulkan masalah. Kakek ini pun menjadi perbincangan banyak orang. Ada yang positif dan tak sedikit pula yang negatif.
Seorang santri yang sedang mengkhatamkan buku "Selamat Tinggal Derita Selamat Datang Bahagia" benar-benar penasaran ingin tahu banyak tentang rahasia enjoy si kakek ini. Penasaran ini saat kini di kalangan makhluk dumay (dunia maya) lebih dikenal dengan istilah "kepo." Entah dari bahasa mana ini. Santri itu penasaran karena kondisi kakek ini mirim yang dikisahkan dalam buku itu. Lalu santri itu datang ke gubuk kecil sang kakek, dan terjadilah dialog ini:
Santri: "Kakek, apa rahasia hidup kakek yang kelihatan enjoy ini?"
Kakek: "Tak ada yang rahasia nak. Kalau rahasia, pastilah tak akan kuceritakan padamu. Jangan tanya rahasia, tanya kuncinya saja."
Santri: "Apa kunci hidup kakek yang enjoy bahagia ini?"
Kakek: "Jangan bawa gelisah. Jalani, lihat, dengar, kemudian pasrahkan kepada Allah."
Santri: "Cuek, begitu kah kakek? Kakek juga jadi omongan banyak orang lho. Kok masih bisa tenang?"
Kakek: "Nak, saya ini pasti akan mati. Mereka yang membicarakanku juga pasti akan mati. Aku akan dimintai pertanggungjawaban atas omonganku sendiri dan perbuatanku sendiri. Mereka juga akan dimintai pertanggungjawaban atas omongan dan perilaku mereka sendiri. Lantas, mengapa aku harus gelisah dengan omongan mereka tentangku? Itu urusan mereka."
Santri: "Jadi itu ya kek kuncinya? Tidak usah terlalu dipikirkan asal kita sudah benar."
Kakek: "Ya. Benar. Jangan buang waktu hanya dengan sibuk dengan mengurusi mulut orang. Jaga mulut sendiri saja."
Santri: "Kakek, kalimat kakek kok mirip sekali dengan yang disampaikan penulis buku "Selamat Tinggal Derita Selamat datang Bahagia" sih?"
Kakek: "Ah yang benar? Aku tidak kenal penulisnya. Jadi penasaran juga akhirnya. Belikan buku itu ya, tolong."
Santri: "Siap kakek. Murah kok, cuma 50 ribu rupiah."
Saya belum tahu kelanjutan obrolan santri dan kakek itu. Kita tunggu saja setelah si kakek baca buku saya itu. Yang jelas, jagalah mulut sendiri, jangan malah lebih suka menjaga mulut orang lain. Jagalah tulisan status sendiri dan jangan menjaga tulisan status orang lain. Masing-masing kita bertanggung jawab akan ucapan dan perbuatan kita sendiri. Salam, AIM